Latest Updates

I have loved you for a thousand years



Awan hitam disusul gerimis membuka pagi yang kelabu, seakan dunia tau jika hari itu aku sedang bersedih. Hari yang kulewati seakan berjalan begitu lambat, apalagi suasana di kelas serasa bagai penjara tanpa ventilasi, sesak ketika berjam-jam aku duduk dikelas mendengarkan pembelajaran dari bapak dan ibu guru, seharusnya aku tidak bertindak seperti itu namun apalah daya aku memang tak bisa menyembunyikan perasaan sedih, hancur dan kecawa, sebab orang yang selama ini aku cintai meski hanya sebatas mimpi, dia benar-benar telah memilih wanita lain untuk menemani hari-harinya. Lama aku terpuruk dalam perasaan sedih hingga mengakibatkan nilaiku turun, gila memang tapi aku benar-benar kehilangan akal sehatku, namun hal itu tidak berlangsung lama, itu berkat sahabat-sahabatku yang selama ini membujukku untuk bangkit dari keterpurukan dan mulai memperbaiki cita-cita yang sedikit terbengkalai.
“sudahlah fel dia memang bukan yang terbaik untuk kamu, ayolah kita masih punya beribu-ribu rangkaian masa depan yang menanti kita, kamu msih punya kita, punya orang tua yang ingin melihat kamu sukses, jangan kau hancurkan masa depanmu hanya gara-gara cowo  !!!” itulah kata-kata yang membangkitkan aku dari keterpurukanku selama sebulan terakhir ini.
“Astaghfirullahal’adzim, ternyata aku ini bodoh banget ya”
(nangis dan berpelukan dengan sahabat-sahabatku), “ma’afkan aku ya kawan aku memang salah “
“sudahlah kamu tak usah meminta ma’af fel kita selalu ada buat kamu kok”
 begitulah sahabat merekalah yang selalu ada di setiap aku sedih maupun duka.
Entah bagaimana sikapku kepada firki, tapi aku tau tingkahku sungguh berbeda tak seperti biasanya, aku tak pernah berbicara padanya, dan aku selalu menghindar ketika dia mendekat. Aku memang tak pernah mengungkapkan  perasaanku kepadanya tetapi sebagai manusia yang normal seharusnya dia tau bagaimana tatapan mataku padanya dan canda tawaku ketika bersamanya, sebelumnya aku memang dekat sama firki sebelum dia jadian dengan yana, gadis manis yang aku tak tau dia sekolah dimana dan kelas berapa. Semua perasaan ini tak seutuhnya salahku memang aku yang memulai sms padanya, tapi sms ku wajar sebagai teman, akan tetapi firki merespon sms ku dengan nada-nada yang menggombal, dia emang rupawan, siapa cewe yang tak naksir dia, aku rasa hampir 95% siswi di sekolahku naksir sama dia, semakin hari smsnya firki semakin gak karuan, aku hanyalah cewe biasa yang pastinya akan merespon gombalan-gombalan yang firki berikan. Aku tak pernah berharap untuk jadi kekasihnya, tapi aku juga engga terima ketika dia punya pacar. Begitulah aku, mungkin aku yang salah menganggap firki menyukaiku.
Firki makin heran dengan kelakuanku ketika aku ditunjuk oleh guru untuk satu kelompok dengannya, namun aku menolaknya dan memilih untuk bergabung dengan kelompok lain. Hingga pada suatu hari ketika bel pulang berbunyi, tiba-tiba firki mengikuti ku dari belakang dan memegang tanganku untuk berbicara dengannya di taman sekolah, aku kaget setengah mati dan tak bisa menolak ajakan firki karena dia terus menggadeng tanganku dan menuntunku untuk ketaman sekolah.
Setelah tiba di taman sekolah aku sangat marah sama firki.
“awas lepasin tangan aku !!!”
aku tetap menunduk tanpa memandang firki sedikitpun, dia masih terdiam duduk disebelahku.
“kamu apa-apaan si fir, kenapa ngajak aku kesini, maksa lagi “
aku berbicara dengan nada tinggi, meski sebenarnya jantungku berdebar hebat, karena memang tak aku pungkiri aku masih sayang banget sama firki.
“kamu tuh yang apa-apaan, kamu tau gak sih fel, kamu tuh udah bikin aku bingung, sebenarnya salahku itu apa ?”
dia terus menatapku dengan penuh tanya,
”maksud pertanyaanmu itu apa si fir ?
dengan nada yang sedikit bergetar, lama kita saling diam dan akhirnya firki memulai pembicaraan lagi.
“kamu jangan pura-pura gak tau gitu fel, kamu itu sahabat aku, kalau aka emang punya salah sama kamu tolong ngomong, jangan malah diemin aku kaya gini, kita itu berteman sudah hampir dua tahun lohh,”
firki hanya menganggapku sebagai sahabat, aku tak bisa berkata apa-apa aku terus diam mendengarkan firki berbicara.
“ ayo lah rafel ngomong, kenapa kamu malah diam aja, apa kamu udah nggak mau berteman lagi sama aku, kalau iya jangan kaya gini dong caranya, “
firki terus mendesakku untuk berbicara, cowo emang gak peka, dia gak tau apa kalau aku hampir mati berdiri dan ingin sekali menangis. Dan aku tidak bisa berkata apa-apa, hanya air mata yang bisa keluar, tapi dengan sekuat tenaga aku memberanikan diri untuk berbicara, dan mengusap air mataku yang belum terlihat oleh firki.
“iya aku emang gak mau berteman lagi sama kamu, aku benci sama kamu firki!”,
dan akhirnya air mata ku keluar begitu deras, hingga firkipun melihatnya,
“engga aku tau siapa kamu, kamu bukan tipe orang pembenci “,
”tapi aku emang benci sama kamu firki !!!”
hatiku hancur banget harus ngomong kaya gitu sama orang yang aku sayang.
”tapi kenapa fel, apa alasannya kamu benci sama aku, dan kenapa kamu menangis “, dia terus menatap ke arahku. aku tak bisa menjawab apa-apa.
”ok fine! Kalau kamu emang nggak mau jujur sama aku fel, aku akan tanya satu hal lagi sama kamu, dan aku harap kamu menjawab dengan jujur. Apa benar yang dikatakan sama febri kalau kamu suka sama aku dan kamu menjauh dari aku setelah kamu tau kalau aku jadian sama yana ?”
ohh tuhan kenapa febri bodoh banget ngomong kaya gitu sama firki, aku benar-benar  tak bisa menjawab,
“enggak itu gak bener “
 dengan nada tegas aku menjawab.
”fel tolong jujur sama aku fel aku mohon, kalau emang itu nggak benar tolong tatap mata aku”
aku tak bisa menolak, air mata kembali membanjiri pipi, lama aku dan firki saling menatap,
“sudah fel  jangan menangis”,  
firki mengusap air mataku, dan dia terus berbicara,
“ udah, kalo emang kamu nggak bisa jawab jangan dijawab, aku sudah tau sekarang, tapi sejak kapan fel ?”
firki terus bertanya dengan penuh haru, rasanya aku sudah ingin sekali menampar pipinya, tapi lagi-lagi rasa cinta ku tak mampu untuk mengarahkan tanganku ke pipinya,
 “sejak seumur hidupku”.
 firki tersentak mendengar jawabanku, dia tertunduk lemas dan merasa sangat bersalah,
“kamu enggak perlu merasa bersalah dan merasa telah menyakitiku, aku tau dan aku menyadari  kalo aku em...”
ssstt tiba-tiba jari firki menghentikan aku  yang sedang berbicara, dan kemudian memelukku, aku tak kuasa untuk melepas pelukannya dan kini aku benar-benar  menangis dipelukan firki.
“menangislah fel, aku tau ini pasti sangat menyakitkan, aku tau aku telah menoreh luka yang begitu dalam, dan kamu boleh untuk membenciku, karena tak ada alasan orang seperti aku untuk dicintai orang sebaik kamu”,
tangisku semakin menjadi,
 “tapi aku nggak bisa fir, aku sudah mencoba tapi aku benar-benar nggak bisa”,  firkipun terlihat begitu menyesali perbuatannya,  
“terus aku harus gimana fel, apa aku harus memutuskan yana?
 aku terkejut dengan ucapan firki, maksud dia apa, aku melepaskan pelukan firki ,
“enggak, kamu nggak boleh ngelakuin itu, kamu bukan hanya akan menyakiti aku,tapi kamu juga akan menyakiti yana, sebelumnya aku emang nggak terima dengan semua itu, tapi aku juga gak bisa egois, kamu udah punya yana, jangan hiraukan aku, aku nggak papa kok fir,“
sekuat tenaga aku berkata seperti itu, meski itu sangat bertolak belakang dengan perasaanku.
“apa kamu yakin fel ? terus aku harus kaya gimana sama kamu ?”,  
terlihat sekali firki sangat bingung dengan posisinya,
 “sudahlah, jangan menghiraukan aku, mencintai itu tidak harus memiliki, aku akan bahagia jika kamu bahagia bersama Yana, aku Cuma minta satu fir “,  
aku mencoba untuk berkata sesuai isi hati aku yang lain,
 “ apa itu fel ?“,
 firki bertanya dengan nada yang lemah,
”aku mohon sama kamu, jangan pernah lupakan aku, jangan pernah berhenti menyapaku dan tesenyum kepadaku, because i like your smile my prince, tetaplah berikan senyummu meski kamu sudah bersama dia
 firki tersenyum kepadakudan dia berjanji akan terus tersenyum padaku. Ternyata jujur itu akan membuat hidup lebih nyaman.
Sejak kejadian itu kita berdua kembali bersahabat seperti sebelumnya, dan firki menepati janjinya, dia tak pernah lupa untuk tersenyum ketika bertemu denganku. Dan  perasaanku tak akan pernah berubah, aku akan selalu mencintai firki kemarin, sekarang, besok, lusa, bahkan beberapa ribu tahun lagi.
I have loved you for a thousand years

..........................................................................the end...........................................................................



0 Response to "I have loved you for a thousand years"

Popular Posts

Popular Posts