Latest Updates

TAK SEMPAT TERSAMPAIKAN



Wina, biasa dia disapa. Malam itu ketika langit mulai gelap dihiasi indahnya bintang dan sinar rembulan. Wina bingung dengan perasaan yang ada dihatinya. 1 januari harusnya menjadi moment indah yang tak boleh terlewatkan tapi nyatanya dia memilih untuk sendirian di kamarnya tepatnya di lantai dua sambil menatap langit lewat celah jebdela yang ada dikamarnya.
Orang-orang terdekatnya banyak sekali yang mengirim ucapan dan do’a lewat sms, Facebook, Twitter maupun BBM. Kedua orang tuanya juga memeberikan hadiah yang cukup berkesan meski sederhana dan wina sangat menyukai hadiah itu. Tapi wina merasa sedih dihari ulangtahunnya, orang yang dianggap special dihati wina sama sekali tak mengucapkan selamat dihari lahirnya. Dia kecewa dan sedih tapi tak tau harus melamiaskan kekecewaan itu kepada siapa. Rasa yang dia punya tak ada yang tau, tak ada yang bisa mengetahui perasaannya yang teramat besar.
---------------------------------@@@@@@@@---------------------------------------------
Beberapa hari kemudian tepatnnya 1 minggu setelah hari ulang tahunnya, sontak wina terkaget ketika melihat ponselnya. Farhan BBM.
“ntar kuliah jam berapa?”
Wina malas-malasan membalas bbm farhan. Disaat wina bertekad untuk melupakan farkhan dan sangat sulit wina melakukan hal itu, farhan datang lagi menghubunginya.
            “ jam 10.00 udah selesai bang, kenapa?”
Wina mencoba untuk mengendalikan perasaannya, dia membalas seadanya, dan secuek mungkin. Meski sebenarnya dia merasakan rindu.
“aku mau ketemu wina, boleh”
Pipi wina merona, tak mungkin dia menolak tapi dia juga bingung harus bls apa.
            “ya boleh bang, dimana?”
Wina membalas bbm farhan dengan mata yang sedikit kabur. Dia semakin bingung dengan perasaannya. Wina juga bingung dengan sikap farhan, seringkali member harapan kemudian menghilang begitu saja.
            “ oke, ditaman deket kampusnya wina aja, gimana?”
            “oke”
            “sampai ketemu J
Wina larut dalam lamunan, tubuhnya terlempar kekasur, wina menangis. Sebelumnya wina tak pernah merasakan perasaan seperti saat ini. Dia bingung dengan perasaannya sendiri, merasa dipermainkan. Wina kerap kali tak bisa memejamkan matanya memikirkan apa yang terjadi dengan hatinya. Tapi wina paham rasa itu salah, rindu itu tak benar. Meski lara itulah kenyataannya.
---------------------------------@@@@@@@@---------------------------------------------
            10 oktober 2014, wina tak banyak berharap, baginya bisa bertemu dengan farhan merupakan hadiah terindah. Melihat senyumnya, mendengarkan nasihatnya hal itulah yang membuat wina nyaman ketika berada di dekat farhan.
              Ma’af lama win”, senyum sederhana tersungging dari sudut bibir farhan.
            “ Ooh iya nggak papa bang, wina belum lama nyampe kok”.
Wina membalas senyum farhan sambil menutup perasaan gugup yang datang begitu saja saat melihat senyum farhan. Banyak sekali yang farhan bicarakan kepada wina di taman itu.
Seakan semua yang farhan ceritakan kepada wina menjadi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang wina pendam sendiri selama ini.
Salah satunya farhan berkata.
            “ win, kamu tau kamu itu udah aku anggap sebagai adik aku. Wina itu adiknya farhan dan farhan abangnya wina”
            “ iya bang, wina tau, makanya wina panggil abang sama bang farhan”
Padahal dalam hati wina berteriak, (“aku ingin lebih dari sekedar adik”)
Mereka terdiam cukup lama, kemudian farhan membuka pembicaraan lagi.
Farhan bilang kalau dia tak akan lama lagi tinggal di kota yang sama dengan wina. Studinya sebentar lagi selesai, farhan akan pulang kekampung halamannya.
Selain itu farhan juga bercerita tentang kegiatan di organisasinya, tentang teman perempuan yang dekat diengannya di organisasi tersebut. Farhan merupakan ketua di salah satu UKM di kampusnya, dia cerdas, bijak dan tegas dalam menentukan suatu kegiatan juga dalam menyelesaikan suatu masalah. Banyak sekali wanita yang menaruh hati pada farhan karena itu.
Hati wina sakit mendengar kedekatan farhan dengan seorang wanita, seakan ada petir yang menyambar di hatinya wina. Jika wina tak punya rasa malu, mungkin dia sudah menangis sambil mencabik-cabik muka farhan. (“apa maksud dari perhatian farhan selama ini”) Tanya wina dalam hati.
            Satu jam berlalu Wina lebih banyak diam. Pembicaraan diantara mereka lebih dominan oleh farhan. Karena merasa sudah terlalu lama mereka bersama. Farhan mengakhiri perjumpaan di siag itu. Tapi sebelum mereka berpisah farhan memanggil wina yang sudah selangkah menjauhinya.
            “ tunggu bentar win”
Wina berbalik kea arah farhan yang masih duduk.
            “ iya ada apa bang?”
Wina memaksakan untuk tetap bisa menatap farhan meski rasanya sangat sulit.
            “ ada yang buat kamu”
Farhan memberikan sebuah kado kepada wina.
            “ apa ini bang?” Tanya wina
            “ buat kamu saudara perempuanku, J selamat ulang tahun ya, semoga umurnya barokah, 
            Ma’af abang telat ngngucapinnya”
Senyum yang teduh membuat pipi wina memerah. Wina meninggalkan farhan yang masih duduk di taman.
            Wina pulang mengendrai sepeda motor dengan perasaan yang tidak menentu. Terkadang jalanan terlihat kabur karena matanya dipenuhi dengan air. Wina sesenggukan. Dalam hati wina mengadu pada jalanan yang ia lalaui, kenapa harus ada kado?  Padahal wina sudah bertekad untuk melupakannya, ingin sekali wina membenci farhan, membenci orang yang sudah memepermainkan perasaannya, tapi sayang rasa cinta di dalam hatinya lebih besar dibandingkan rasa bencinya. Ingin rasanya wina membuang kado pemberian dari farhan akan tetapi wina tak bisa. Dengan perasaa yang tak menentu sepanjang perjalanan untunglah wina sampai rumah dengan selamat. Dia menghapus airmatanya, menghapus sedihnya karena dia tak mau terlihat menangis oleh ibunya.
            Wina memencet bel rumah dengan penuh semangat seperti biasa sambil memanggil ibunya, seakan tak ada kesedihan dihatinya.
            “wina pulang bu, buka pintunya donk” teriak wina dari luar
            “iya sayang sebentar.” Teriak ibunya dari dalam rumah
Setelah dibukakan pintu wina langsung mencium pipi ibunya dan pergi ke kamarnya di lantai dua.
            “makan siang dulu sayang” kata ibu
            “ntar aja bu, wina mau tiduran dulu cape”
Sama sekali wina tak merasa lapar, saat itu wina hanya ingin segera masuk kamar, dia ingin menangis tanpa ada satu orangpun yang melihatnya.
Benar saja sampai di kamar tubuh wina langsung terlempar ke kasur. Wina menangis. Dia meluapkan kesedihannya kepada kamarnya yang membisu, tembok-tembok yang menatap sayu. Wina berpelukan dengan boneka kesayangannya. Wina menangis sampai tertidur.
---------------------------------@@@@@@@@---------------------------------------------
            Di tempat lain, di suatu kamar kecil dan sederhana. Seorang lelaki duduk termangu duduk di pojok kamar sambil sesekali mengusap satu tetes air mata yang kadang keluar dari pojokan matanya. Dia menyesal dengan semua ucapannya, dia tau bahwa dirinya telah menyakiti orang yang paling dia sayang. Dia tak bisa mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya. Dia farhan, sebenarnya farhan juga sayang sama wina, akan tetapi rasa takut menyakiti wina membuat farhan tak mampu mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya. Farhan takut menyakiti wina, baginya saat ini waktunya belum tepat untuk mengungkapkan semua isi hatinya kepada wina, farhan takut ketika dia harus pulang ke kampung halamannya. Dia meninggalkan wina, farhan tak mau wina merasakan kesedihan dan kerinduan karena harus berpisah dengan farhan.
Untuk itu farhan memilih berbohong dan menutupi perasaan sesungguhnya kepada wina, meskipun menyakitkan tapi hal itu mungkin lebih baik. Farhan berharap suatu hari nanti dia bisa menjemput wina jika farhan sudah siap untuk mempersunting wina.
---------------------------------@@@@@@@@---------------------------------------------
            Beberapa hari kemudian wina mulai bangkit lagi, dia tak mau terpuruk dalam kesedihan. Hidupnya masih panjang, masih banyak mimpi yang belum tercapai. Meski begitu hati wina masih buat farhan, bahkan wina tak tau apakah masih bisa membuka hati untuk orang lain atau tidak. Baginya mencintai seseorang cukup satu kali dalam hidup.
            Saat pertemuan di taman itu farhan memberikan sebuah kalung cantik. Wina selalu memakainya dan tak sekalipun melepasnya. Meskipun hati wina begitu rapuh, hal itu tak menghalangi semangat wina untuk tetap meraih mimpi. Hari-hari yang menyakitkan yang harus dilaluinya justru harus digunakan oleh wina untuk menyibukan diri. Kini waktu menjadi sangat berharga bagi wina. Salah satu kesibukan wina adalah menulis. Dalam waktu satu tahun wina berhasil merampungkan novelnya, novel tersebut menjadi best seller dan sangat laris. Selain novel, wina juga menulis puisi dan cerpen yang sering diterbitkan disurat kabar. Menulis membuat wina menyibukan hari-harinya tanpa harus meratai setiap kesedihan mengenai perasaannya.
            Nilai akademik wina juga sangat memuaskan. Meskipun begitu sebenarnya hati wina masih rapuh, jangan tanyakan soal hatinya wina, bahkan sampai studinya selesai, wina masih belum  bisa membuka hatinya buat siapapun. Hatinya masih milik farhan. Meski banyak lelaki yang mendekati wina namun sama sekali mereka tak mendapat tanggapan dari wina.
---------------------------------@@@@@@@@---------------------------------------------
            Disebrang sana farhan sedang menyiapkan pesta pernikahan dengan wanita pilihan kedua orangtuanya. Sepulangnya farhan ke kampung halamannya  tak merubah perasaannya, hati farhan di Jakarta, dia sama sekali tak bisa melupakan wina. Mereka berdua memang tak pernah saling mengungkapkan perasaan, akan tetapi ketika kita lihat kedua mata mereka, satu sama lain tak mau kehilangan.
            Hatinya farhan memang milik Wina, tapi farhan tak bisa menolak keinginan orang tuanya.
Padahal sebelumnya, farhan berniat menjemput wina, mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya selepas wina di wisuda. Akan tetapi, apalah daya, Tuhan berkehendak lain. Manusia hanya bisa berencana Tuhanlah yang memutuskan recana tersebut.
            Farhan dan wina memang tak pernah putus komunikasi, bahkan ketika farhan ulang tahun wina mengirim buku hasil karyanya yang pertama sebagai hadiah buat farhan.
Farhan senang dengan kado pemberian wina, dari pertama bertemu sampai farhan akan menikah dimatanya wina adalah wanita hebat.
---------------------------------@@@@@@@@---------------------------------------------
Undangan dengan sampul depan foto kedua mempelai terlihat begitu bahagia, membuat wina merasakan sakit untuk kedua kalinya. Farha mengirim undangan pernikahannya kepada wina serta selembar surat.
Dear adiku tersayang
Dik apa kabar? Aku harap kabarmu dan keluarga baik di Jakarta. Abang disini Alhamdulillah juga baik, o,ya ada salam dari keluarga abang di Sulawesi buat wina.
Mm terimakasih kadonya ya dik, kamu emang adikku yang paling hebat, novelmu bagus banget J. Abang bangga sama wina.
Saat wina baca surat ini berarti undangannya juga udah wina baca, abang harap wina bisa meluangkan waktu dan datang ke pernikahannya abang.
Abang rindu sama wina. Ma’af ya win abang gak bisa datang ke acara wisudanya wina.
                Abang kira cukup sekian surat dari abang,
Abang sangat berharap wina dating ke Sulawesi.
Yang merindukanmu

Abangnya wina
---------------------------------@@@@@@@@---------------------------------------------
Wina tak kuasa menahan tangisnya, wina merasakan begitu perih hatinya. Dia tak bisa lagi berpura-pura bahagia didepa ibunya. Wina menengis memluk ibunya usai membaca undangan dan surat dari Farhan, meskipun tak tau persis apa yang terjadi dengan anaknya, ibunya cukup tau apa yang sedang dirasakan wina. Tiga hari wina tak keluar kamar, tak mau makan dan tak mau beraktifitas. Wina merasakan kehidupan yang begitu gelap, tapi bukan wina namanya kalau tak bisa bangkit dari keterpurukan. Tiga hari rasanya sudah sangat cukup untuk wina sendiri, merenungi semua yang terjadi padanya. Dan tiga hari itu sudah berlalu waktunya terlalu berharga jika dihabiskan untuk bersedih. Wina masih saja menyempatkan untuk membalas surat Farhan, dan membelikan kado untuk hadiah pernikahannya.
Dear: Bang Farhan
Hai bang, wina seneng banget dapet surat dari abang, apalagi setelah baca undangan pernikahannya abang. Wina turut bahagia bang J.
Alhamdulillah kabar wina dan keluarga di Jakarta baik bang.
o.ya wina minta ma’af banget nggak bisa dateng menyaksikan abang bersanding dengan mempelai wanita yang sangat cantik. Tepat di hari itu wina ada udangan mengisi seminar di salah satu SMA di Jakarta.
Wina juga minta ma’af tak bisa ngasih apa-apa buat abang.
Wina hanya bisa mendoakan semoga abang menjadi suami yang baik, bisa membimbing istri menjadi solehah, menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah. Amiin.
Salam rindu

Wina
---------------------------------@@@@@@@@---------------------------------------------
          Wina terpaksa berbohong pada Farhan, wina tak bisa datang ke pernikahannya farhan karena wina tak akan sanggup melihat orang yang dia sayang bersanding dengan orang lain, wina tak sanggup mendengar farhan mengucakan janji pernikahan dengan wanita lain, karena wina sangat menyayangi farhan.  Lebih baik wina berbohong dari pada memaksakan untuk datang ke pesta pernikahan farhan dan hanya akan merusak kebahagiaan disana.
            Surat dan bingkisan dari Wina sampai ke farhan tepat di hari pernikahannya. Wina memberikan gaun cantik untuk mempelai wanita. Farhan membuka kado tersebut sebelum brlangsungnya ijab qabul. Farhan tak kuasa ia menangis, dia memang tak tau seperti apa perasaan wina ke farhan, entah kenapa setelah membaca surat dari wina ia merasakan kesedihan yang entah dari mana asalnya, yang pasti farhan menyesal tak pernah jujur pada wina tentang perasaanya.
            Tangisnya terhenti, penghulu dan mempelai wanita serta para tamu telah menantinya. Dengan tubuh gontai farhan mencoba untuk bersikap bahagia di hari itu. Tak pantas rasanya jika ada air mata di hari yang seharusnya menjadi moment penting yang takan pernah terlupakan sepanjang hidup.
            Ijab qabul berlangsung dengan lancar. Kini farhan sudah menikah, ia sekarang sudah menjadi seorang suami. Saat itu juga wina tak mau keluar kamar. Wina tidak menangis, tangisnya sudah habis, air matanya mongering, isaknya tak terdengar lagi.
Ibunya menghawatirkan wina.
            “ wina kamu baik-baik saja kan nak?”
Terdengar suara ibunya dari luar kamar
            “ iya bu wina baik-baik aja, wina Cuma lagi pengin sendiri, ibu nggak usah khawatir”
Ibunya percaya wina tak akan berbuat sesuatu yang merugikan dirinya sendiri.
            “ ya udah, wina harus selalu ingat ibu sayang sama wina, begitu juga dengan Allah, Dia tak akan pernah meninggalkan hambanya. Wina jangan pernah merasa sendiri ya”    
            “ iya ibu, wina juga sayang ibu”’
Ibunya turun dan meninggalkan kamar wina, wina menangis setelah mendengar kata-kata ibu. Wina berjanji dia tak akan mengecewakan ibunya, orang yang selalu menyayanginya. Dia bertekad untuk kembali bangkit.




AMANAH


Waktu terus belalu
Walaupun kehidupan begitu menyakitkan
Kita harus bisa tetap menari
Menari dengan tarian kebahagiaan,
Meskipun tarian tersebut diakukan ditengah hujan yang deras
Kesedihan harus dihentikan
Biarlah airmata terbawa oleh hujan yang mengalir ke sungai
Karena waktu tak pernah peduli
Meski rasaku tertinggal
Rinduku tertahan
Dan sepotong hatiku telah hilang
Tapi hidupku harus terus berjalan.
Tak ada yang harus disalahkan
Karena perasaan begitu indah
Meskipun tak diungkapkan
Meskipun tak ada yang mengerti
Perasaan tetap perasaan
Takan berkurang sedikitpun maknanya
Tapi begitulah perasaan
Kita tak boleh egois memaknainya
Karena mencintai seseorang bukan berarti kita harus memilikinya.
Jadikan rasa yang menyakitkan itu menjadi pacuan hidup dalam meraih mimpi.
Wina mencintai abang, meskiun rasaku tak pernah tersampaikan.
Tapi biarlah hal ini menjadi bagian dari kisahku
Kisah yang menjadikanku lebih dewasa,
Aku mencintaimu bang....
Untuk itu aku harus melepasmu, semoga berbahagia .............

 

0 Response to "TAK SEMPAT TERSAMPAIKAN"

Popular Posts

Popular Posts