Latest Updates

MIMPI BARENG BAEKYEOL FANFIC KOREA



MIMPI BARENG BAEKYEOL
Siapa sih yang gak suka sama namja tampan, tinggi, keren, terkenal, tajir, anak orang terpandang, baik, pintar, dan ramah?? Wajarkan kalau banyak yeoja yang suka sama type namja yang bisa terbilang sempurna itu??
Tapi kenapa aku gak sama sekali  tertarik sama namja itu? Okeh, semua kelebihan yang dia punya memang benar, dan aku akui itu. Tapi dia gak sama sekali membuat aku merasa tertarik padanya. Semua itu terlihat biasa aja di mataku. Aku malah lebih menyukai seorang namja yang tak sesempurna namja tadi.
Yeah, nama namja tadi adalah Park Chanyeol. Namja yang ketampanannya melebihi artis Choi Siwon. Lebih terkenal dari seorang Kim Kibum, actor film. Anak dari Park Jungsoo pemilik mall-mall besar yang ada di Korea, Jepang dan beberapa Negara di Asia. Seorang yang pernah menolak di jadikan ketua timnas basket karena ingin mengikuti olimpiade matematika tingkat Asia.
Dia adalah namja yang tinggi badannya 185 cm dengan rambut coklat yang selalu terlihat rapih dan modis. Namja yang setiap harinya membawa mobil sport berwarna hitam saat sekolah. Dan namja yang akan selalu menjawab sapaan orang lain yang menyapanya dengan lebih ramah.
Sempurna. Itulah gambaran untuknya. Tapi sekali lagi aku tegaskan, aku gak tertarik sama dia, itu semua terlihat biasa di mataku. Aku lebih menyukai temannya yang bisa di bilang jauh berbeda dalam beberapa hal.
Byun Baekhyun, itulan nama namja yang aku sukai. Seorang namja sederhana dan biasa saja. Tapi menurutku dia itu namja tampan, imut, baik, lumayan ramah, dan yang penting matanya yang tak berkelopak mata itu sangat indah, menurutku.
Jika dibandingkan dengan seorang Park Chanyeol, dia hanya lah namja yang mendapat rangking 2 di kelas, berangkat sekolah dengan jalan kaki, anak dari pemilik toko roti yang tidak besar juga tidak kecil tapi lumayan laris di daerahnya.
Namja yang tinggi badannya 178 ini juga tidak terlalu ramah pada orang lain, dia bisa di bilang rese dan jahil tapi aku suka padanya.
Garis matanya yang indah itu dan iris matanya yang hitam itu benar-benar bisa membuat aku jatuh hati. Dan bahkan bisa membuat aku mendedikasikan diri sebagai fan nomor satunya.
Uhh!! Dari tadi bercerita aku belum memperkenalkan diriku  ya?? Baiklah akan aku mulai perkenalanku. Annyeonghaseyo, jeoneun Xi Lulu imnida. Aku keturunan Korea-Ghina loh, adik dari namja tampan dan cantik bernama Xi Luhan dan kakak dari adik tertampan di dunia bernama Xi Sehun. Di keluargaku aku adalah anak perempuan tercantik karena memang aku satu-satunya anak perempuan.
Aku bukan anak orang kaya, appaku hanya mempunyai sebuah perusahaan yang berjalan di bidang fasion. Pergi sekolah saja hanya di antar oleh oppaku dengan mobil audi putih, pulangnya di jemput saengku dengan motor sport limited edition buatan Yamaha. Benar-benar jauh jika di bandingkan dengan Park Chanyeol.
Aku juga tidak pintar, hanya pernah ikut pertukaran pelajar di Amerika selama 6 bulan dan hanya mendapat pringkat 2 di sekolah. Ramah?? Aku bisa bilang kalau aku ini kadang ramah kadang juga cuek abis.
Cantik? Tentu saja, aku ini yeoja, tidak mungkin tampan. Terkenal? Lumayan sih, aku pernah sempat jadi model beberapa desain yang di produksi perusahaan appa. Tinggi?? Bisa di bilang begitu, tinggi badanku pas 172 cm, untuk ukuran yeoja aku tinggi loh.
Tapi aku masih berasa kurang. Kalian pasti pikir aku ini serakah ya kan?? Biarin, suka-suka dong. Mau serakah apa enggak suka-suka gue. Hidup-hidup gue kok!! Hehe bercanda…
Aku emang masih berasa kurang karena ada satu hal yang belum aku miliki dalam hidup ini. Coba tebak apa?? Siapa yang bisa tebak nanti aku kasih mantel musim dingin keluaran terbaru perusahaan appa.
Ahh!! Ternyata kalian gak ada yang bisa jawab ya?? Ya udah aku bocorin deh jawabannya.
Aku masih berasa kurang karena belum bisa jadi yeojachingunya Byun Baekhyun, namja tampan nan imut itu. Aku sebenernya udah berusaha dekat sama dia dengan cara minta satu kelas sama dia.
Awalnya saat aku minta itu Pak kepsek nggak ngasih karena alasanku yang hanya ingin satu kelas dengan Chanyeol dan Baekhyun, tapi pas aku bilang kalau aku bakal ngadu sama appanya Chanyeol tuh Pak kepsek langsung ngijinin.
Mungkin dia takut dana sumbangan dari appanya Chan di cabut kali ya?? Eh, kenapa?? Kamu bilang kenapa aku ngadunya ke appanya Chan?? Hehehe,,, aku belom bilang ya??
Sebenernya aku ini tunangannya Chanyeol. Makanya aku bilang dia itu biasa aja, karena aku sama dia itu udah kenal sejak bayi dan sudah di jodohkan sejak umur 3 tahun. Dan bakal nikah 5 tahun lagi.
Huuft, tapi sebelum aku nikah sama Chan aku pengen punya pacar kaya Baekhyun dulu. Kayanya asik deh, kan bosen juga kalau sama Chan terus. Tapi kayanya susah deh selingkuh di belakang Chan, soalnya dia sama Baekhyun itu sahabatan.
"Chagi," aku melojak kaget saat tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Owh, Chan, aku kira Baekhyun.
"Nde?" Tanyaku singkat.
"Lagi ngelamunin apa sih?? Aku ya??" Iih pede banget sih nih anak?? Tapi emang iya juga sih, tadikan aku juga sempet ngebahas Chan pas ngelamun.
"Iya," jawabku singkat. Jalas banget sekarang di muka tampannya Chan itu terpampang kebahagiaan yang tersirat. Hihi,, kalau dia tahu aku juga lagi ngelamunin Baekhyun kayanya dia langsung gantung diri deh.
Chan itu cinta mati sama aku, tapi aku cuma cinta biasa aja sama dia, enak aja cinta mati. Nanti kalo Chan mati aku harus nyusul mati gitu? Terus yang ngurus anak-anak kami nanti siapa?? Makanya pikir panjang kalo lagi ngomongin cinta.
"Ngelamuni aku bagian apa nih?? Ngelamunin nanti pas lagi nikah ya??" Uh, nebaknya jauh banget dari kata bener.
"Nggak," dia duduk di depanku dan menatap aku yang lagi galau gara-gara bingung cari cara ngajak Baekhyun selingkuh.
"Terus apa dong?" Dia tuh ya!! Dari tadi nanya terus, sekali-kali jawab dong!!
"Lagi ngelamunin kamu yang sempurna banget tanpa satu celah dan bikin aku ngerasa gak berguna pas lagi sama kamu," aku taruh daguku di meja yang menjadi membatas antara aku dan Chan.
"Loh, aku pengen jadi begini biar kamu seneng punya tunangan yang sempurna, lagian juga aku gak sempurna-sempurna amat, kamu juga tau itukan?"
Ahh!! Aku baru inget satu hal yang bisa bikin penilaian kalian sama Chanku yang sempurna ini berkurang, tapi ini rahasia loh, cuma kalian yang boleh tau tapi kalo mau nyebarin ke orang lain juga boleh kok.
Chan itu punya sifat dasar kaya yeoja. Takut sama serangga macam kecoa, suka mewek saat nonton film drama romance yang ada unsur sad-nya, dan kalau mau tidur itu masih harus di kelonin.
Tapi tetep aja yang orang lain tau itu cuma Chan yang baik-baik doang. Gak ada yang tau tentang hal jeleknya. Cuma aku dan keluarga besarku juga Chan dan keluarga besarnya.
"Iya deh, kamu emang selalu ngasih apapun biar aku seneng. Tapi aku juga gak pernah ngasi kamu apa-apa yang bikin kamu seneng. Coba tunangan macam apa aku ini?" Aku masih galau nih. Dan sengaja ngomomng kaya gitu biar Chan mikir. Sukur-sukur dia minta putus sesaat.
Kenapa sesaat? Karena gak mungkin kami putus selamanya?? Bisa-bisa nanti ada perang yang bikin perusahaan appa dan mall-mall appanya Chan bangkrut. Sekalipun kami putus pasti juga bakal di suruh balikan. Sekalipun karena salah satu dari kami selingkuh, pasti satunya di suruh maafin gitu aja.
Nyebelin juga ya?? Emang iya, memuakkan malah!! Tapi itu menguntungkan juga. Berarti kalau aku selingkuh sama Baekhyun kan gak apa-apa.
"Kamu senyum sama aku aja aku udah seneng, apa lagi kalo kamu mau nyium aku, di pipi aja, aku pasti seneng banget," mimpinya dangkal banget ya?? Tapi itu menguntungkan buatku.
Aku senyum sama dia dan kemudian mencium pipi kanannya singkat. Bener, dia langsung sumringah gak jelas. Haha, gitu aja seneng setengah mati.
To be continue...
WHEN CHANYEOL MARRIED WITH ME
Gaun, cincin, dekorasi, catring, undangan, susunan acara, dan lain sebagainya sudah mulai aku siapkan dari sekarang. Tapi tentunya tidak sendiri, aku dibantu oleh tunanganku tercinta yang sebenarnya sedang sibuk dengan pekerjaan barunya sebagai  trainee direktur di perusahaan appanya.
Ini sudah tinggal sebentar lagi. Yeah, pernikahanku dan sang pangeran hanya tinggal menunggu dua bulan lagi, dan ini membuatku semakin gugup. Tapi biarpun seperti itu aku tetap senang dan berharap hari akan berjalan lebih cepat dari biasanya agar aku bisa cepat menikah dengan namja sempurna yang sudah digariskan akan menjadi pasangan hidupku sampai alam meminta kami berpisah.
Hay, kita bertemu lagi, aku masih bernama Xi Lulu dan dalam hitungan dua bulan lagi nama margaku akan berubah menjadi Park, karena aku akan segera menikah dengan Park Chanyeol , tunanganku yang sempurna itu.
Park Lulu, kurasa itu nama yang tidak buruk, bahkan itu terdengar bagus di telingaku. Aku sudah tidak sabar lagi menyandang gelar sebagai nyonya Park. Yeah, walau sebenarnya kuliahku masih belum selesai, tapi aku tetap optimis untuk menikah dengan namja yang aku cintai sejak aku masih kecil itu.
Chanyeol  juga sebenarnya masih belum wisuda, kami akan wisuda tahun depan, bersamaan dengan ulang tahunku yang ke-23. Tapi biar baru 22 tahun aku yakin aku bisa hidup mandiri dengan Chan.
"Kamu mau yang seperti apa chagi??" Tanya Chan yang sedang melihat-lihat cincin pernikahan di toko perhiasan langganan eomma.
Kalian tahu? Saat ini Chan sedang memelukku mesra. Tangannya melinggkar sempurna di pinggangaku dan aku senang dia seperti ini. Haha,, aku jadi terkesan genit bukan?? Biar saja. Toh dia itu calon suamiku.
"Aku ingin yang gayanya seminimalis mungkin, yang tak ada berliannya juga tak apa. Yang penting cincin itu terhubung sempurna tanpa ada bagian cacat yang bisa membuatnya putus," jelasku mendeskripsikan model cincin yang aku inginkan.
Si pelayan toko itu langsung sibuk mencari  cincin yang tadi aku bilang. Sedangkan Chan sepertinya dia sedang menatapku dengan tatapan yang menurutku aneh.
"Mwo??" Tanyaku bingung melihatnya yang menatapku dengan tatapan yang seolah berkata aku-tidak-salah-dengar??
"Kamu benar mau memesan cincin dengan model yang seperti tadi kamu bilang?? Kamu tidak mau yang ada berlian sapphier blue-nya?? Bukannya kamu ingin mempunyai cincin dengan sapphire blue sebagai matanya??" Ah!! Dia tahu tentang itu juga rupanya. Aku memang ingin punya cincin dengan mata sapphire blue yang sangat indah. Tapi aku punya alasan lain kenapa aku memilih untuk memesan cincin yang seperti tadi.
"Ne, menurutku cincin pernikahan itu tak harus mewah dan bermata indah. Yang penting kesempurnaan lingkarannya yang melambangkan ikatan tak terputus. Aku ingin pernikahan dan cinta kita nanti seperti cincin itu, tak berpangkal dan tak berujung. Kamu ngertikan chagi??" Jelasku diakhiri dengan senyuman manis seorang Xi Lulu yang bisa membuat Park Chanyeol tersenyum lebih manis.
"Ne arraseo, kamu pintar berfilosofi juga ya, chagi??" Aku hanya mengangguk dan kembali melihat model-model cincin pernikahan yang disuguhkan oleh pelayan toko itu.
"Aku suka yang ini," ucapku sambil menunjuk sebuah cincin pasangan emas putih yang mulus tanpa ada berlian yang bersarang di sana.
"Ne kalau kamu mau yang ini kita ambil yang ini," Chan selalu seperti itu. Dia sudah kembali pada sifat dasarnya yang terlalu sempurna dan ini juga yang kadang menyebalkan. Aku jadi tak memiliki teman berdebad kecuali si pangeran imut, Byun Baekhyun.
"Nona kami ambil yang ini," ucapku seraya memberikan kotak cincin tadi pada si pelayan toko.
"Cham nona," Chan menahan pelayan itu saat dia ingin membungkusnya. "Bisa kami membuat ukiran di dalamnya??" Tanyanya kemudian.
"Ne tentu bisa tuan tapi kalian harus menunggu sedikit lama, sekitar satu jam." Si pelayan itu menjawab dengan kata-kata ramah nan sopan yang sulit sekali aku dengar dari mulut Baekhyun.
Ahh!! Aku berharap dimasa depan nanti Baekhyun akan menjadi seorang pelayan juga. Dengan begitu dia bisa sedikit merubah ciri khas dan sifat jelaknya yang kurang sopan dan tidak sama sekali ramah.
"Ne, gwenchana kami akan menunggu sambil melihat-lihat," jawab Chan tak mau kalah ramah. Huuh!! Kenapa dia malah terkesan lebih suka bertaruh, siapa yang paling ramah dia yang menang??
"Tuan ingin cincin ini diukir pada bagian luar atau dalamnya dan diukir apa??" Si pelayan itu bertanya lagi.
"Pada bagian dalam dan ukirannya L love C." Yang menjawab aku bukan Chan.
"Baiklah, silahkan menunggu dan melihat lihat tuan-nyonya." Kesannya aku tua sekali di panggil nyonya, tapi biar saja lah, toh dua bulan lagi aku memang akan menjadi nyonya Park.
Aku dan Chan berjalan menuju bingkai-bingkai kaca yang memajang beberapa kalung berlian. Melihat-lihat, kalau ada yang bagus aku akan minta dibelikan oleh Chan nanti.
"Lihat ini chagi, kurasa ini cocok jika dipadukan dengan gaun pengantinmu, leher jenjangmu nanti bisa terlihat lebih indah dengan ini," Chan menunjuk sebuah kalung berlian putih yang merindai panjang dan indah. Seleranya bagus juga ya??
"Ne, lumayan bagus, tapi ini terlalu mewah," jawabku.
"Lalu kamu mau yang mana chagi, masa nanti lehermu terbuka begitu saja tanpa ada hiasan sama sekali??"
"Ne, aku ingin kalung yang minimalis saja,"
"Bagaimana dengan yang ini??" Kini Chan menunjuk sebuah kalung berindai dengan berlian yang ukurannya lebih kecil dan lebih terlihat simple namun indah.
"Boleh, ini lebih bagus,"
"Nona, kami ambil yang ini juga ya," seru Chan meminta pelayan lainnya untuk membungkus barang pesanan kami. Setelah selesai dengan perhiasan kini saatnya fitting gaun dan tuxedo di butik Calisga. Itu loh, butik favoriteku yang menjual baju-baju mahal yang harganya selangit.
Sampai di butik itu aku langsung menghapiri desainer utamanya yang merancang gaunku. Sebenarnya gaun pernikahanku ini adalah rancanganku yang dipadupadankan dengan desain Jessica eonni, desainer utama di butik ini.
Kalian masih ingatkan kalau aku ini mahasiswi di jurusan desain?? Nah, karena tak ingin menyia-nyiakan kemampuanku aku putuskan untuk ikut campur pada desain  gaun pengantiku yang jumlahnya ada 3 itu.
Jangan tanya kenapa ada 3?? Kalian belum kena amnesia kan?? Aku juga pernah bilangkan kalau aku ini anak pemilik sebuah perusahaan fasion ternama yang pasti punya banyak colegan dan Chan, tunanganku itu adalah seorang anak dari pemilik mall-mall besar di Asia. Jadi sudah pasti acara pernikahan kami akan dibuat besar-besaran dan tiga hari penuh. Nah, karena itu aku harus siap 3 gaun, akukan tidak mungkin pakai satu gaun untuk 3 hari.
Satu gaun utama warnanya putih seperti salju dan terkesan suci karena aku buat sedikit tertutup walau pada bagian leher aku buat sedikit terbuka dan itu untuk acara hari pertama yaitu, akad nikah dan resepsi untuk keluarga dan teman-teman dekat yang jumlahnya tidak bisa di bilang sedikit. Spektakulerkan??
Gaun kedua juga tak kalah spektakuler, warnanya memang tidak putih, melainkan soft pink yang di padukan dengan beberapa rindai indah. Gaun ini di buat sederhana sesuai dengan tema pesta hari kedua yang merupakan pesta kebun.
Dan pesta terakhir yang notabennya ada di gedung dan lebih mengutamakan pesta malamnya aku lebih memilih warna biru kehijauan yang dipadupadankan dengan warna jingga, terkesan sederhana tapi sangat cantik. Bagaimana?? Gaun-gaunku bagus bukan??
Tapi sebenarnya aku lebih ingin memakai hanbok saat resepsi hari pertama, namun appa melarangku katanya aku lebih cantik dengan gaun putih yang membalut tubuh mungilku ini. Padahal aku ingin pernikahanku bertemakan asli Korea tapi eomma bilang lebih baik bertemakan tiga bangsa besar yaitu Amerika, Asia dan Eropa. Dan sebagai anak aku hanya menurut.
"Eotthokhe??" Tanyaku pada Chan setelah aku kenakan gaun utamaku. Chan menatapku dengan tatapan yang,, eerrr bisa dibilang kaget atau kagum.
"Neo,, neomu yeoppo," ucap Chan dengan mata terbelalak. Aku jadi malu sendiri sekarang. Apa aku terlihat begitu cantik sampai pangeranku terpesona seperti ini?? Aish sepertinya wajahku mulai memanas.
"Chan kamu juga kenakan tuxedomu," suruh Jessica eonni yang sepenuhnya merancang semua tuxedo Chan.
Tak lama Chan keluar dengan tuxedo putih yang menjadi pasangan gaunku ini. Ahh!! Lihat dia!! Dia sangat tampan dan terlihat gagah. Neomu nampyeon namja.
"Kalian memang sangat serasi, tapi sepertinya ada yang kurang," ujar Jessica eonni sambil menggerakan kepalanya mencari apa yang salah dari pakaian kami.
"Eh, Lulu sepertinya kamu harus memotong rambutmu sedikit, badanmu jadi terlihat sangat kurus dengan rambut panjang itu dan Chan saranku lebih baik kamu belajar untuk berdiri tegak, kamu terlihat terlalu bungkuk." Oceh Jessica eonni.
"Lulu kamu juga lebih banyak makan tapi jangan berlebihan juga, lihat lenganmu itu sangat kecil, terlihat tidak seimbang dengan gaunmu yang mewah ini, dan satu lagi, senyum, kalian itu harus sering tersenyum dan melatih senyum yang sangat baik eotte??" Tambahnya. Asih!! Dia itu cerewet sekali.
"Ne, eonni, I know," jawabku malas. Dia terlalu banyak bicara untuk urusan fasion tapi aku senang. Karena dia itu penasihat terbaik yang ada di Korea dalam hal fasion.
***
"Kau baru pulang?? Mana Chan??" Tanya Luhan oppa tepat setelah aku dudukan diriku di sofa yang ada di hadapannya dan Sehun sekarang.
"Ne, dia langsung pulang, mungkin dia juga lelah," jawabku malas.
"Bagaimana persiapan pernikahan kalian??" Tanya Luhan oppa lagi.
"Hampir selasai, tinggal menunggu undangan dan beberapa perbaikan pada gaun, sisanya sepertinya sudah siap," aku jawab tanpa melihat oppaku itu. Aku sibuk dengan tasku sekarang, sibuk mencari tulisan yang isinya daftar keperluan pernikahanku.
"Noona, noona jangan terlalu cape seperti itu, nanti kalau noona sakit bagaimana??" Sehun kini berkomentar. Dia itu perhatian bukan padaku?? Kalian pasti iri padaku karena aku bisa memiliki namdongsaeng yang tampan, baik dan perhatian seperti dia. Iya kan??
"Ne, noona akan menjaga kesehatan noona, kamu tenang saja,"
"Kalau butuh sesuatu, lapor padaku ya noona, mungkin bisa aku bantu." Aku mengangguk. Terbuktikn kalau dia itu sangat sayang padaku?? Uhhh!! Aku jadi tidak tega meninggalkan dia. Biasanya kalau eomma sedang sibuk dengan nyonya-nyonya direktur lain Sehun pasti langsung terlupakan. Dan saat itulah aku yang bertugas sebagai baby sisternya Sehun.
"Ne Sehun. Gomawo,"
"Sudah sana istirahat, nanti malam keluarga Chan akan kemari untuk makan malam, kamu tidak lupakan??" Ah!! Aku baru ingat. Huuh!! Padahal niatanya malam ini aku mau tidur cepat.
"Ne oppa," aku bangun dan berjalan gontai menuju kamarku yang terletak di lantai dua istana keluargaku ini.
Sampai kamar aku langsung tutup pintu kamarku dari dalam dan merebahkan tubuhku ini di ranjang empuk yang selalu memberikan aku mimpi indah dengan Chan. Haah!! Ranjang, sebentar lagi aku tidak akan tidur di ranjang ini lagi. Setelah menikah nanti aku akan pindah.
Appa Chan sudah membelikan kami rumah yang lumayan besar untuk kami tinggali berdua dan letaknya juga tak terlalu jauh dari rumahku, rumah Chan, kampus dan kantor. Pokoknya ada di tengah. Katanya itu adalah hadiah pernikahan kami.
Sedang appaku memberikan hadiah pernikahan sebuah mobil Hyundai berwarna hitam dan juga sebuah ranjang yang konon katanya dirancang khusus dan dibuat di paris. Sedikit tidak masuk akal memang, tapi aku sudah lihat ranjang itu. Desainnya memang mewah dan terlihat seperti ranjang raja-ratu pada dongeng klasik Eropa.
Huuhh!! Semua ini memang melelahkan tapi aku senang melakukannya.
Sudah aku ingin tidur, aku butuh istirahat untuk terlihat lebih fres saat menyambut keluarga Chan nanti malam.
***
Aku merasa ada sesuatu yang menyentuh pipiku saat aku tidur dan itu sangat mengganggu. Jadi perlahan kubuka mataku, melihat siapa yang dengan teganya mengganggu istirahatku. Huuhh!! Silau, karena hal yang perama aku lihat adalah lampu kamar yang sudah menyalah.
Seingatku tadi aku tidak menyalahkan lampu. Mungkin si pengganggu yang menyalahkannya.
"Aku mengganggumu??" Tanya suara khas dari orang yang aku kenali. Yeah, dia Park Chanyeol, tunanganku dan calon suamiku.
"Kamu sedang apa di kamarku chagi??" Tanyaku setelah duduk di ranjangku.
"Membangunkanmu, kamu lupa ya kalau kita ada akan dinner dengan keluarga kita malam ini??"
"Ani, aku ingat, memang ini jam berapa??"
"Jam 6," aku kaget dan langsung turun ranjang, berlari mengambil handuk di lemari dan kemudian melesat menuju kamar mandi. Untuk mandi tentunya.
Huuhh!! Bagaimana bisa aku telat bangun seperti ini?? Dan kenapa juga tidak ada yang membangunkan aku dari tadi?? Mereka ini bagaimana sih?? Duh!! Bagaimana ini?? Waktunya tinggal satu jam lagi. Aku belum menyiapkan apapun untuk malam hari ini. Apa kata eommanim nanti kalau dia tau aku seperti ini?? Aish!!
Selesai mandi aku langsung keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk yang membalut tubuh bagian atasku dari dada hingga kira-kira 10 cm di atas lutut. Rambutku sudah kugulung dengan handuk juga agar lebih cepat kering.
Aku langsung membuka lemari bajuku, mencari pakaian yang pantas aku kenakan untuk malam ini. Aku harus tampil cantik di hadapan calon mertuaku, aku tidak mau memberikan kesan jelek pada mereka. Yah, walau sebenarnya mereka juga sudah tau semua sifat jelekku.
Tanganku masih sibuk mencari pakaian yang layak. Tapi kenapa semuanya malah terlihat biasa saja. Aish!! Lulu babo, kenapa aku tidak beli saja tadi ya?? Padahal di butik Calisga pasti banyak yang bagus.
"Kamu lagi cari apa chagi??" Aku tersentak kaget saat mendengar suara Chan.
"Kamu ngapain di sini??" Aku langsung menutupi bagian dadaku yang terekspos dengan sempurna.
"Aku memang dari tadi di sini," aish!! Aku lupa. Aku belum mengusir Chan tadi. Arrggg!! Xi Lulu babo. Sekarang bagaimana?? Dia sudah melihatmu dalam kondisi seperti ini?? Arrggg!! Aku  maallluuu!!
"Sudah sana keluar, aku mau ganti baju," usirku.
"Ani, aku mau di sini saja," jawabnya sambil terseyum jail.
"Asih!! Dasar yadong. Sana pergi aku mau pakai baju," aku kini berteriak mengusirnya.
"Memang kenapa kalau aku di sini?? Aku kan calon suamimu, jadi santai saja chagi, lagi pula aku ke sini memang mau melihatmu mengenakan baju yang aku belikan khusus untuk malam ini," dia berjalan ke arahku yang masih berdiri di sisi lemari.
"Igo, kenakan ini ya??" Dia memberikan aku sebuah bungkusan yang aku yakini isinya adalah sebuah baju. "Ini aku beli tadi di Calisga, dan aku yakin kamu catik pakai ini," aku terima bungkusan itu. sukurlah ada baju yang layak aku kenakan. Chan, gomawo chagi.
"Sudah sana keluar," lagi, kuusir dia.
"Ani aku mau di sini,"
"Tidak bisa, aku mau ganti baju Chanyeol. Aku sudah kedinginan tau, sudah sana pergi,"
"Shireo!!" Tolaknya seperti anak kecil.
"Aish!! Ya sudah cepat berbalik, jangan coba-coba untuk mengintipku, lewat manapun tidak boleh, dan kalau bisa tutup matamu," suruhku.
"Kenapa aku harus seperti itu, aku kan calon suamimu, jadi boleh  dong aku melihatmu ganti baju," jawabnya dengan disertai senyuman jail lagi. Dasar yadong!!
Tuuukk!!
Kujita kepalanya. "Ingat baik-baik tuan Park, kamu masih calon suamiku bukan suamiku, jadi hal seperti itu masih di larang." Jawabku kesal. "Sudah cepat balik badan,"
Dia berbalik, begitu juga dengan aku, secepat mungkin kukenakan gaun malam yang Chan belikan ini. Sebuah gaun berwarna soft violet selutut yang pada bagian atasnya hanya tertaut dua buah tali tipis. Jadi bagian dada atasku sedikit tebuka karena model gaun ini.
Tanganku berusaha untuk meraih resleting gaun ini, tapi sulit dan sekalipun sudah bisa aku raih, resletingnya malah macet. Huuh!! Sial sekali sih.
Tiba-tiba ada yang membantuku menaikan resleting itu. Mendadak tubuhku langsung merinding dan otomatis langsung kaku. Aku tau siapa yang melakukannya, dan itu penyebab aku jadi kaku seperti ini.
"Kalau tidak bisa bilang dong, jadi aku tidak perlu lama menunggumu mengenakan gaun ini," aku berbalik melihat Chan  yang tersenyum jail, ani.. Kali ini itu aku anggap senyuman yadong, bukan jail.
"Aish!! Sudalah sana keluar, aku masih harus dandan, kasihan appa dan eommamu menunggu." Usirku lagi. Aku sudah sangat malu saat ini. Dia tadi sudah melihatku hanya dengan handuk yang membalut tubuhku dan kini dia yang membantuku menaikan resleting, itu berarti dia melihat punggungku tadi. Dan itu cukup membuatku malu, sangat malu.
"Ani, aku mau keluar bersama denganmu," dia menolak lagi dan aku juga sudah pasrah dengan maunya itu. Percuma seperti apapun aku megusirnya, dia sekarang sudah bersikap seperti bocah lagi, susah diatur dan itu peyakit kambuhan yang dia derita. Childish.
"Ya sudah lah, terserah kamu," aku berjalan menuju meja rias dan kemudian duduk di kursinya. Kubuka balutan handuk di kepalaku dan kemudian mengusapnya. Kuambil hairdryer dan langsung mengeringkan rambutku.
Setelah kering kusisir rambut pirang nan panjang milikku ini. Selesai berurusan dengan rambut kini saatnya aku merias wajahku. Ku poleskan riasan natural di wajahku yang notabennya memang sudah cantik ini. Aku sempat melihat pantulan bayangan Chan yang tersenyum melihat aku dandan.
Selesai!! Aku berbalik melihat Chan yang sudah dari tadi melihatku.
"Sudah, kajja turun," ajakku.
"Ne, kajja." Dia bangun dan langsung memagang tanganku. "Kamu cantik banget chagi," mendadak wajahku terasa memanas, aku malu, dan aku rasa sekarang wajahku sudah mulai memerah.
Aku turun sambil berpegangan tangan dengan pangeranku. Berasa kaya putri. Apalagi waktu aku liat appa-eommanya Chan melihat aku dengan tatapan terkagum-kagum. Aku makin berasa kaya putri di negri dongeng.
Saat makan malam seperti biasa yang aku dengar hanya pujian dan ocehan yang menyuruhku untuk ingat kalau aku ini sebentar lagi akan menikah dengan Chan. Tak akan berubah selalu itu. hanya saja kali ini ocehan itu aku dengarkan dengan seksama, karea aku memang butuh masukan untuk pernikahanku nanti.
"Lulu, kamu semakin cantik sayang," puji eommonim.
"Ne gamshahamnida eommonim,"
Dan seperti itulah yang lainnya.
Sampai selesai makan malam aku hanya mengobrol berdua dengan Chan yang kebetulan atau sengaja aku tidak tau, yang pasti dia duduk di sampingku. Dia mulai lagi bercerita tentang mantan selingkuhaku yang belakangan ini banyak mengeluh.
Untuk kalian ketahui saja. Baekhyun sekarang juga seorang trainee di perusahaan appanya Chan. Tepatnya Chan yang meminta dia untuk ikut menjadi sekretarisnya. Kata Chan dia kasihan dengan Baekhyun yang katanya malas itu, dia takut Baekhyun nantinya tidak bisa dapat kerja dan jadi pengangguran. Jadi dia angkat sahabatnya itu untuk jadi sekretarisnya.
Aku sih setuju-setuju saja. Tapi Luhan oppa yang malah tidak setuju. "Kenapa harus dia?? Kenapa bukan aku?? Aku kan calon kakak iparmu??" Tanya Luhan oppa saat itu. Terlihat jelas di wajahnya kalau dia tidak terima dengan keputusan Chan.
"Hyungkan nanti akan jadi direktur di perusahaan appanim," jawab Chan. Memang benar sih, Luhan oppa itu adalah calon direktur satu-satunya di perusahaan milik appa. Karena Sehun sudah menolak, katanya dia lebih ingin menciptakan perusahaan sendiri.
"Tapikan aku juga mau mencoba bekerja dia perusahaan appamu,"
"Nanti juga kita bisa bekerja sama hyung, kau tenang saja, kau masih bisa bekerja dia perusahaan appa, tapi bukan sebagai pegawai melainkan sebagai tamu terhormat." Sahut Chan lagi.
Dan seterusnya sampai Luhan oppa mengalah dan mau menerima keputusan Chan. Yah, walau dengan banyak gerutuan yang keluar dari mulutnya itu.
Setelah selesai makan malam, tumben sekali Chan langsung ikut pulang dengan kedua orang tuanya. Biasanya dia akan di sini sampai Luhan oppa mengusirnya. Tapi biar saja dengan begini aku bisa istirahat lebih awal.
***
~Skip Time~
Pesta hari pertama
Huuuhh!! Rasanya tegang sekali.
Kini aku sedang berjalan menuju pangeranku yang sedang berdiri memunggungi aku. Luhan oppa yang menuntunku menuju dia. Kenapa bukan appa?? Itu karena Luhan oppa yang meminta. Katanya dia yang harus memberikan yeosaengnya pada lelaki yang sebenarnya masih dia ragukan bisa membimbingku.
Hahah.. Oppaku ini bilang kalau sampai Chan jahat padaku, dia sendiri yang akan membunuh Chan dengan tangannya. Ternyata dia sangat sayang padaku. Sama seperti aku yang sangat sayang padanya dan Sehun.
"Jaga Lulu baik-baik, atau kau akan mati," bisik Luhan oppa saat dia menyerahkan tanganku pada Chan. Aku hanya tersenyum geli mendengar itu. Pesan macam apa itu?? Sepertinya aku satu-satunya pengantin yang pernah mendengar pesan seperti itu dari oppaku untuk pangeraku.
Pernikahan berjalan lancar. Hanya saja tadi saat aku hendak mengenakan cincin pernikahan di jari Chan tanganku bergetar hingga cincin itu hampir saja terjatuh.
"Aku tak percaya kalian sudah menikah, padahal seingatku dua hari yang lalu aku baru saja selingkuh dengan Lulu karena di suruh olehmu Chan dan rasanya baru kemarin Lulu menangis di tempat persembunyainnya karena sikap Chan berubah dan aku memarahinya, tapi kenapa kalian sudah menikah saja ya??" Aish Baekhyun!! Apa yang dia bicarakan??
Apa dia tidak sadar siapa dia sekarang?? Dia itu pembawa acara di resepsi perikahanku, dan apa yang dia bilang tadi?? Dia membahas tentang selingkuh?? Dia bisa membuat appa dan eommaku juga Chanyeol kena serangan jantung nanti.
Benar saja. Acara langsung terkesan tak terkendali. Semua yang datang sepertinya sekarang sibuk membahas kata selingkuh dan menangis. Dasar Byun Baekhyun. Kamu mau merusak acaraku hah?? Sampai itu terjadi, kamu akan mati di tanganku Baekhyun!!!
"Tenang semua, kalian percaya dengan apa yang aku bilang tadi?" Dia malah bertanya pada para tamu. Aku mencengkaram tangan Chan kuat-kuat, semoga dia sadar kalau aku ingin dia menghentikan Baekhyun sekarang.
"Tenang saja chagi, Baekhyun tidak bodoh," ucapnya sambil tersenyum penuh kebahagiaan.
"Kalau kalian percaya berarti kalian musrik. Seharusnya kalian itu percaya apa yang dikatakan Tuhan, bukan percaya apa yang di katakan olehku, hahaha.." Aish!! Namja itu gila atau sinting?? Dia tertawa begitu keras di depan keluarga besarku dan Chan juga teman-teman lama kami bertiga.
Tapi aku lega. Paling tidak Baekhyun masih menyembunyikan fakta itu. Dan aku tidak perlu was-was karena takut eomma kena seranga jantung.
Untung saja acara besok rata-rata tamunya itu teman-teman kami dan juga pembawa acaranya juga bukan Baekhyun jadi tidak mungkin ada keriuhan seperti ini lagi. Paling tidak Sehun lah pembawa acara besok.
Malamnya aku dan Chan tidak pulang ke rumah, melainkan ke hotel. Karena acara kami 3 hari berturut-turut diadakan di hotel ini, jadi kami lebih memilih untuk memesan kamar di hotel ini saja.
Sampai dia kamar itu hal yang pertama aku lakukan adalah ganti baju, atau tepatnya aku ingin mandi. Kalau saja Chan tidak bilang..
"Kita mandi bareng yuk chagi??" Pintanya sambil pasang tampang yadong.
"Shireo, aku tidak mau!! Kamu mandi sendiri saja sana," aku usir dia dan dia langsung melangkah lemas menuju kamar mandi. Selama dia mandi aku gunakan waktuku untuk ganti baju, aku tidak mau nanti dia melihatku ganti baju.
Selasai Chan mandi niatnya aku mau mandi, tapi lagi-lagi aku urungkan niat itu karena Chan bilang seperti ini...
"Mau aku mandikan??" Aish!! Kenapa dia jadi yadong begini sih??
"Ani, aku tidak jadi mandinya," jawabku kesal.
Jujur saja aku takut saat ini. Entah kenapa aku takut dekat-dekat dengan Chan apalagi kalau aku teringan kalau ini malam pertama kami. Aku masih belum siap melakukan 'itu'. Jadi sebisa mungkin aku menahan diri agar tidak membuat Chan berpikir yadong.
"Kamu yakin??" Aku mengangguk lemah menghadap kaca di meja rias kamar hotel ini. Aku bisa lihat pantulan wajah Chan yang sekarang sedang duduk di ranjang, dia tersenyum dengan smirk yang mengerikan menurutku.
"Ya sudah kaja kita tidur." Deg!! Jantungku berdebar semakin cepat. Kurasa otakku sudah mulai error. Karena saking takutnya aku malah berjalan menjauhi namja sempurna yang statusnnya sekarang adalah suamiku.
"Kamu kenapa chagi??" Chan berjalan menghampiriku. Satu langkah Chan maju maka satu langkah aku mundur menjauhinya, mempertahankan jarak antar kami. Kalau bisa aku malah ingin kabur dari sini sekarang.
"Aku baik-baik saja," jawabku lirih.
"Kenapa mundur terus sih??" Sepertinya dia kesal aku terus mundur dari tadi.
"Berhenti di situ!!" Teriakku setelah aku rasa tubuhku sudah mentok di tembok, dan dia berhenti dengan wajah yang seolah bertanya kamu-kenapa-chagi??
"Kamu kenapa??" Dia benar bertanya seperti itu.
"Jangan mendekat,"
"Wae??"
"Pokoknya jangan mendekat,"
"Iya tapi kenapa??"
"Aku hanya.. Hanya.." Ucapku terbata. Jujur saja aku juga malu kalau harus bilang aku takut.
"Hanya apa??" Kini dia mungkin benar-benar kesal.
"Sudahlah, pokoknya jangan mendekat," ucapku seraya berjalan memutar sambil menjaga jarak, aku ingin ke ranjangku.
"Kamu ini kenapa sih??" Tanyanya heran. Dia melihatku terus-menerus membuat aku semakin takut dan berusaha untuk mempercepat langkah. Tapi..
"Ye!! Kena," ucapnya girang karena bisa menangkapku dan memelukku dari belakang.
Tubuhku langsung terasa lemas. Pikiranku melayang jauh entah ke mana. Sungguh aku takut saat ini, sangat takut bahkan. Oh Tuhan, tolong aku!! Luhan oppa bantu aku!! Sehun tolong noona!! Siapapun tolong aku, aku takut!!!
Aku tau kalian pasti pikir aku ini aneh kerena sampai bisa ketakutan seperti ini. Tapi ini kenyataannya. Aku takut, sangat takut tepatnya. Aku takut Chan memintaku untuk meladeninya melakukan 'itu'. Aku masih belum siap, ini masih terlalu dini menurutku.
Tubuhku merosot jatuh ke lantai. Aku manangis sesegukan dengan perasaan takut yang masih terus mendominan dalam diriku. Aku rasa pelukan Chan lepas karena kini aku lihat dia jongkok di hadapanku.
"Neo gwenchana chagi?" Tanyanya dengan wajah khawatir yang terpampang jelas.
"Hiks.. Hiks.. Ne, nan gwenchana," jawabku sambil terisak.
"Waeyo chagi??"
"Aku takut,"
"Takut apa?? Kamu takut sama aku??" Aku mengangguk lemas. "Waeyo?? Kamu pikir aku akan memakanmu setelah kita menikah??"
"Ani.. Hiks.. Aku hanya.. Hiks.. Takut.. Hiks.. Kalau kau.. Hiks.. Meminta.. Aku untuk.. Hiks melakukan itu.." Jawabku masih dengan isakan.
"Owh, aku kira apa," aku mendongakan kepalaku yang tadi aku tundukan ketika menjawab pertayaanya saat mendengar dia menyahuti jawabanku.
"Jadi kamu tidak akan meminta itu??" Tanyaku memastikan. Kalau di cermati dari kata-kataya tadi dia sepertinya tidak punya niat untuk mengajakku melakukan itu.
"Tentu saja tidak. Aku memang sudah punya niat untuk memintanya padamu malam ini," aku langsung mundur mejauhinya.
"Tapi melihatmu ketakutan seperti ini, aku rasa kalau tidak malam ini juga tidak apa. Sepertinya kamu masih belum siap," aku bernafas lega mendengarnya.
Chan berjalan mendekati aku lagi dan membantuku bangun. Dia menuntunku ke ranjang dan mendudukanku di ranjang itu kemudian berlutut di depanku. Apa yang mau dia lakukan??
"Kamu tau chagi??" Aku menggeleng. "Saat ini aku sangat bahagia karena sudah bisa benar-benar memilikimu,"
"Aku juga," sahutku sambil tersenyum. Aku memang sangat bahagia bisa menyandang gelar sebagai istri dari namja tampan, pintar, terkenal, tinggi, ramah, baik, dan kaya pula.
"Jadi kumohon jangan rusak kebahagiaan malam ini dengan tagisan itu," tangannya mengusap pipiku. "Kamu tenang saja, aku tidak akan memaksa untuk melakukan itu jika kamu belum mau malam ini," tambahnya.
"Gomawo sudah mau mengerti aku Chan, do mianhae,"
"Ne, gwenchana, kajja tidur." Aku mengagguk dan langsung merebahkan tubuhku di ranjang ukuran big size ini. Nyaman juga rasanya.
Chan berbaring di sampingku. Aku sih, tidak kaget kalau hanya tidur di samping Chan, dari dulu aku sudah sering melakukan ini. Bahkan saat aku menginap di rumah Chan aku pasti akan tidur di kamar Chan karena dia yang meminta dan sekalipun aku menolak, pagi saat aku bangun aku pasti sudah ada di kamarnya Chan karena dia memindahkan aku.
Tapi tenang, selama ini kami tak pernah melakukan apapun. Hanya sekedar tidur di ranjang yang sama. Kami masih tau batasan dan norma yang berlaku, yah walaupun sebenarnya tidur berdua juga melanggar norma.
Aku mulai pejamkan mataku dan tidur dalam pelukan Chan sekarang. Entahlan aku merasa kalau Chan tidak akan melakukan apapun padaku dan aku percaya padanya. Jadi kulanjutkan saja perjalananku menuju mimpi indahku malam ini.
***
Pesta hari kedua
"Chukhae Lulu. Akhirnya kamu bener-bener bisa bertahan sampai menikah dengan Chanyeol ya??" Salah satu teman sekelasku dulu saat SMA menyalamiku sambil berkata seperti itu.
"Ne, gomawo Hyeeun,"
"Chan, aku kagum padamu, kamu bisa benar-benar meluluhkan yeoja satu ini," kini giliran salah satu teman Chan di kampus yang kalau tidak salah namanya itu Jongdae.
"Haha.. Tentu saja,"
"Suksek selalu ya bro," setelah itu Jongdae lewat.
Setelah menyambut tamu-tamu kami, aku dan Chan lebih memilih untuk duduk istirahat di bangku yang sudah di sediakan khusus untuk kami.
"Bagaimana malam pertama kalian tadi malam?" Tanya Baekhyun yang datang bersama dengan Sehun.
Aku diam begitu juga dengan Chan. Aku bingung mau jawab apa. Tapi aku tidak tau kenapa Chan diam. Aku rasa yang salah tadi malam itu aku, jadi Chan harusnya menyembuyikan fakta tentang ketakutankku. Semoga saja seperti itu..
"Biasa saja," jawab Chan kemudian. Baguslah dia masih menutupinya.
"Biasa saja??" Sehun mengulangi ucapan Chan dengan intonasi nada tanya.
"Memang kalian sudah pernah melakukan itu sebelumnya?" Tanya Baekhyun kini.
"Belum," kembali Chan yang menjawab.
"Bagaimana bisa terasa biasa saja??" Aduh!! Namja ini polos sekali sih?? Byun Baekhyun, kenapa bisa kau itu polos sekali bertanya seperti itu. Lagi pula kenapa kau sepertinya ingin sekali tau tentang hal itu, itukan rahasiaku dan Chan.
"Itu karena kami tidak melakukan apapun tadi malam Byun Baekhyun," jawbaku lirih. Kesal juga dia banyak tanya.
"Mwo?? Kau belum melakukannya??" Seketika pandangan langsung tertuju padaku dan Chan yang kini duduk di singgah sana kami. Dasar Byun Baekhyun!! Tidak bisakah dia lebih pelan sedikit?? Apa dia ingin membuat semua orang mengetahui apa yang aku katakan tadi??
"Aish!! Jangan keras-keras babo," aku merutukinya setelah meminta maaf karena tadi Baekhyun sempat berteriak.
"Eh, mian. Tapi bagaimana bisa??" Tanya bekhyun lagi sedang namsaengku yang berdiri di sampingnya hanya mengangguk. Sial juga namja ini, dia sudah menyebar virus yadong pada namsaegku yang polos itu. Yah, walau pacarnya Sehun ada dua, tapi dia itu masih polos dalam hal ke-yadong-an.
"Lulu masih belum siap," kini Chan yang mejawab dan langsung aku cubit pinggangnya. Siapa suru membuka aib istrinya sendiri.
"Hahaha.." Tawa Baekhyun dan Sehun pecah begitu saja. Sepertinya mereka tak merasa risih dengan tatapan tamu lain yang menganggap mereka gila bin sinting.
Acara pesta kali ini selesai cepat. Aku dan Chan mendapat waktu istirahat yang lebih untuk persiapan pesta besok malam yang pasti akan sangat melelahkan. Tentu saja sangat melelahkan. Besok aku pasti di tuntut untuk terus berdiri di samping Chan selama Chan mengobrol dengan colega-colega appanya dan appaku.
Aku dudukan diriku di ranjang dan melepaskan heels yang menyiksa ini. Bayangkan selama 8 jam aku harus mengenakan heels setinggi 12 cm. Rasanya kakiku seperti ingin putus.
"Kamu mau aku duluan yang mandi atau kamu??" Tanya Chan setelah dia membuka stelan tuxedonya dan memamerkan abs di badan kurusnya.
Pikiranku langsung melayang entah kemana. Rasa takutku kembali hadir. Yah, rasa takutku kalau Chan mengajakku melakukan itu. Aku masih belum siap, dan aku rasa aku memang selalu belum siap. Kadang aku sendiri bingung kenapa harus melakukan itu kalau ingin memiliki anak?? Apa tidak ada cara lain??
"Aku dulu," jawabku dan aku langsung melesat pergi ke kamar mandi. Menguncinya dari dalam, jaga-jaga takut tiba-tiba Chan masuk.
Selama mandi aku benar-benar melakukan kewaspadaan tingkat tinggi. Mandiku pun jadi lebih cepat dari biasanya. Sekali lagi ini karena aku takut. Keluar dari kamar mandi aku sudah mengenakan baju tidurku, aku tidak mau membangunkan macan yang mungkin sekarang sudah mulai sadar kalau ada daging di hadapannya. Kalian mengerti maksudku kan??
"Aku sudah selesai chagi, sana kamu mandi," suruhku pada Chan yang malah asik-asikan bermain ponselnya sambil senyum-senyum sendiri. Jangan bilang kalau dia mulai gila.
"Ne," dia meletakan poselnya dan langsung berjalan menuju ruangan yang sekarang sedang aku punggungi.
Huuufftt!!! Aku sekarang punya waktu lagi untuk sedikit lebih menenangkan diriku. Tapi tiba-tiba aku berhenti, seluruh tubuhku menegang dan mulai kaku lagi. Aku merasa ada yang memelukku dari belakang, dan pasti pelakunya itu Chan.
Deruan nafas Chan sangat terasa di tengkukku dan itu membuatku merinding. Sepersekian detik kemudian ketakutanku bertambah besar. Tak lama aku merasa ada sesuatu yang meyentuh tegkukkku, sesuatu yang basah.
Chan sedang menciumku. Dan..
Duukkk!!!! Aku jatuh terduduk. Badanku lemas bukan main karena ketakutaku itu. Ini benar-benar lebih menakutkan dibandingkan dengan melihat film horor jepang atau film meyeramkan lainnya. Tapi aku tau Chan masih menahan tubuhku.
"Chagi, gwencana??" Tanyanya khawatir.
Aku diam dan kemudian Chan nempelkan punggung tangannya di dahiku. "Omona, panas sekali, sepertinya kamu sakit chagi," dia membantuku berdiri lagi seperti kemarin dan menutunku untuk berbaring di ranjang.
"Sepertinya kamu terlalu lelah sampai seperti ini." Ucapnya masih dengan nada khawatir.
"Ani, nan gwenchana chagi," sahutku. "Aku bawa obat di tasku, bisa kamu ambilkan??" Pintaku dan Chan lagsung melakukannya. Tak lama dia datang padaku lagi dengan segelas air dan obat yang aku maksudkan tadi.
Aku memang selalu mebawa stok obat untuk penghilang rasa sakit, dan itu selalu berfungsi untukku saat aku tiba-tiba migrain atau saat tiba-tiba maghku kambuh. Setelah munim obat Chan menyuruhku utuk tidur tapi aku tidak langsung tidur.
"Kenapa tidak tidur? Kamu butuh istirahat chagi,"
"Aku hanya merasa tidak aman saja, aku takut akan terjadi sesuatu saat aku tidur," jawabku jujur. Semoga Chan sadar apa maksudku berkata seperti itu. Semoga dia tau kalau aku masih belum siap.
"Uljima, aku tidak akan melakukan apapun, jadi tidurlah," aku melihat matanya tadi saat dia bicara. Dia jujur.
Jadi malam ini aku terbebas dari kewajibanku lagi. Aku tau ini dosa, tapi aku harus gimana lagi?? Aku memang masih belum siap, aku merasa itu sangat menakutkan dan aku takut. Sekali lagi kutegaskan. AKU TAKUT!!!
***
Pesta hari ketiga
Pesta hari ini dimulai sejak jam 4 sore, dan selama menunggu jam 4 itu aku bersama dengan Chan hanya berada di kamar. Sedang apa?? Kami sedang istirahat tentunya, menyiapkan energy untuk sorenya. Apa lagi semalam aku sempat demam, jadi Chan benar-benar menyuruhku untuk istirahat.
Dan saat pesta, tepat seperti dugaanku. Aku harus terus berada di samping Chan yang sedari tadi berbincang dengan direktur atau perwakilan ada perusahaan lain. Membosankan dan sangat melelahkan. Apa lagi aku harus menggukaan heels yang tingginya 12 cm. Ini benar-benar penyiksaan.
"Chan, ini tuan Cho direktur dari Hyundai corporation, dia ini juga memiliki seorang namja yang umurnya beda 4 tahun denganmu dan baru menikah setahun yang lalu," ucap appaku memperkenalkan Hyunil ahjussi, appanya Kyuhyun oppa.
Untuk sekedar kalian ketahui, dulu Kyuhyun itu adalah namja yang sangat dekat denganku, karena Kyuhyun oppa dan Luhan oppa sama-sama meyukai game juga pintar matematika jadi mereka selalu bersama. Kyuhyun oppa itu sahabatnya Luhan oppa, hanya saja sekarang mereka jarang bertemu karena Kyuhyun oppa sedang di Aussie, melanjutkan study-nya.
"Annyeong, Park Chanyeol imnida," suamiku ini memperkenalkan dirinya pada salah satu sahabat appaku itu dan sempat sedikit menunduk memberikan hormat pada sang direktur Hyundai corporation.
"Wah, Lulu kurasa kamu beruntung mendapat namja yang tampan dan gagah seperti Chanyeol ini, dan lagi dia anak dari seorang tuan Park," aku hanya terseyum merespon omongan pria tua yang sangat aku kenali itu.
"Dan Chanyeol, saranku kamu harus menjaga istrimu ini dengan baik karena pasti banyak yang menginginkan dia," setelah itu obrolan mereka berubah menuju omongan bisnis yang bahkan aku tidak mengerti sama sekali. Yang aku tahu mereka sedang merencanakan sesuatu yang berbau bisnis.
Rupanya suamiku ini sudah pintar berbisnis. Sepertinya training di perusahaan appanya tidak sia-sia. Dan semoga ini juga berlaku pada mantan selingkuhanku yang sampai saat ini masih terlihat imut itu. Semoga saja dia sudah bisa bekerja nanti saat dia sudah wisuda. Jadi paling tidak mantan kekasih gelapku itu tidak membuatku malu. Yah, walau sebenarnya dia itu memang sangat malu-maluin.
Kalian tau?? Sekarang dia sedang mendekati beberapa yeoja yang berkumpul di sudut ruang pesta ini. Kalau aku tidak salah tebak, yeoja-yeoja itu pasti sekretaris dari para direktur yang malam hari ini diundang untuk datang dengan istri mereka.
"Malam ini, tak ada lagi alasan untukmu Park Lulu," bisik Chan padaku saat aku baru saja bisa mendudukan pantatku di singgahsanaku.
"Heh?? Maksudmu??" Tanyaku bingung.
"Pokoknya malam ini kamu tidak punya alasan lagi untuk menolakku," jawabnya sambil pasang tampang serius. Aku mengerti. Aku tau arah pembicaraan ini. Pasti maksudnya adalah..
"Tapi.."
"Tapi apa?? Kamu belum siap?? Takut?? Sebenarnya apa yang kamu belum siap dan takuti sih??" Tanya Chan memotong kata-kataku tadi.
"Aku.." Aku bingung apa. "Aku hanya takut saja, dan aku belum siap punya anak sekarang, kamu juga tau kan kalau aku baru mau punya anak nanti kalau sudah lulus kuliah," jawabku. Ini bukan sebuah kebohongan loh. Aku jawab jujur.
"Tidak akan menakutkan kok chagi, dan aku rasa kamu tidak akan langsung hamil hanya dengan sekali melakukan itu," dia mulai lagi menyeringai yadong.
"Ani, aku tetap tidak mau," tolakku.
"Akan aku paksa," dia memamerkan evil smirknya kali ini.
"Kalau begitu aku tidak mau tidur sekamar denganmu, aku akan pesan kamar lagi nanti," aku berjalan meninggalkan dia.
Jujur saja aku takut kali ini. Aku masih belum siap sekarang, tapi kenapa Chan malah ngebet banget sih?? Aku masih tidak habis pikir dengannya. Dia bisa begitu inginnya melakukan itu, memang apa enaknya hah??
Dasar namja yadong. Tapi apa aku salah bersikap seperti itu?? Sudahlah, lupakan saja.
Acara pesta malam ini selesai sekitar jam 1 dini hari. Aku sangat lelah, jadi aku putuskan untuk langsung tidur setelah mengganti gaun ketigaku yang sangat menawan itu. Setelah itu aku rebahkan tubuhku di ranjang big size yang di sediakan hotel bintang tujuh ini.
Baru aku pejamkan mataku, aku merasa ada yang memelukku, dan pelakunya sudah pasti Chan. "Chagi," panggilnya dengan nada yang aneh menurutku. Ada apa dengannya??
"Mwo?? Jangan ganggu aku, aku capek, aku mau tidur," usirku padanya yang kini sedang memelukku.
"Ya!! Kamu ini, masa kamu tidak mengerti apa mauku," seketika mataku yang tadi rasanya sudah sangat berat langsung terbelalak teringat perkataannya saat pesta tadi.
Aku lepas pelukannya dan langsung turun ranjang dengan cepat. Menghindari dia yang kini terlihat seperti serigala yang lapar dan ingin sekali memakan kelinci manis macam aku. Aku mulai ketakutan lagi.
"Aniya, aku tidak mau," tolakku.
"Wae??" Dia juga turun dari ranjang dan berjalan mendekati aku. Lagi, satu langkahnya maju sama dengan satu langkah aku mudur. Tapi karena merasa tidak aman aku langsung berlari dan dia juga langsung mengikuti aku. Kami malah main kejar-kejaran sekarang.
Karena kehabisan akal aku langsung masuk kolang ranjang big size yang ada di kamar itu. Menyembunyikan diri dari Chan yang terlihat sangat lapar akan yeoja malam ini. Dia kenapa sebenarnya?? Jangan-jangan dia habis nonton film porno. Aish!! Park Lulu apa yang kau pikirkan huh??
"Chagi, ayolah, apa harus sampai mengumpat di sana??" Chan mengintipku yang sedang bersembunyi. Aku diam. Aku masih ketakutan sekarang.
"Kajja keluarlah chagi," pintanya kemudian.
"Ani aku akan keluar kalau kamu berjanji tidak akan meminta hal itu." Terikku dari bawah ranjang.
"Aku tidak mau berjanji," jawabnya egois.
"Kalau begitu aku juga tidak mau keluar dari kolong sini," sahutku tak kalah egois.
"Akan aku paksa," sahutnya.
"Akan aku laporkan pada Luhan oppa kalau kamu memaksaku," sahutku juga.
Dia diam. Hahaha.. Kamu kalah Park Chanyeol sayang. Kenapa tidak dari kemarin aku gunakan ancaman itu ya?? Kalau aku tahu pasti sudah aku gunakan.
Tapi rasanya aku juga salah kalau terus menerus menolaknya seperti ini. Mungkin aku juga harus belajar untuk menerima ajakkannya itu, tapi pastinya bukan sekarang. Aku masih takut dan belum siap. Mianhae chagi, kurasa kamu harus bersabar menungguku..
THE END

0 Response to "MIMPI BARENG BAEKYEOL FANFIC KOREA"

Popular Posts

Popular Posts