MIMPI
BARENG BAEKYEOL
Siapa sih yang gak suka sama namja tampan,
tinggi, keren, terkenal, tajir, anak orang terpandang, baik, pintar, dan
ramah?? Wajarkan kalau banyak yeoja yang suka sama type namja yang bisa
terbilang sempurna itu??
Tapi kenapa aku gak sama sekali tertarik sama namja itu? Okeh, semua
kelebihan yang dia punya memang benar, dan aku akui itu. Tapi dia gak sama
sekali membuat aku merasa tertarik padanya. Semua itu terlihat biasa aja di
mataku. Aku malah lebih menyukai seorang namja yang tak sesempurna namja tadi.
Yeah, nama namja tadi adalah Park Chanyeol.
Namja yang ketampanannya melebihi artis Choi Siwon. Lebih terkenal dari seorang
Kim Kibum, actor film. Anak dari Park Jungsoo pemilik mall-mall besar yang ada
di Korea, Jepang dan beberapa Negara di Asia. Seorang yang pernah menolak di
jadikan ketua timnas basket karena ingin mengikuti olimpiade matematika tingkat
Asia.
Dia adalah namja yang tinggi badannya 185 cm
dengan rambut coklat yang selalu terlihat rapih dan modis. Namja yang setiap
harinya membawa mobil sport berwarna hitam saat sekolah. Dan namja yang akan
selalu menjawab sapaan orang lain yang menyapanya dengan lebih ramah.
Sempurna. Itulah gambaran untuknya. Tapi
sekali lagi aku tegaskan, aku gak tertarik sama dia, itu semua terlihat biasa
di mataku. Aku lebih menyukai temannya yang bisa di bilang jauh berbeda dalam
beberapa hal.
Byun Baekhyun, itulan nama namja yang aku
sukai. Seorang namja sederhana dan biasa saja. Tapi menurutku dia itu namja
tampan, imut, baik, lumayan ramah, dan yang penting matanya yang tak berkelopak
mata itu sangat indah, menurutku.
Jika dibandingkan dengan seorang Park
Chanyeol, dia hanya lah namja yang mendapat rangking 2 di kelas, berangkat
sekolah dengan jalan kaki, anak dari pemilik toko roti yang tidak besar juga
tidak kecil tapi lumayan laris di daerahnya.
Namja yang tinggi badannya 178 ini juga tidak
terlalu ramah pada orang lain, dia bisa di bilang rese dan jahil tapi aku suka
padanya.
Garis matanya yang indah itu dan iris matanya
yang hitam itu benar-benar bisa membuat aku jatuh hati. Dan bahkan bisa membuat
aku mendedikasikan diri sebagai fan nomor satunya.
Uhh!! Dari tadi bercerita aku belum
memperkenalkan diriku ya?? Baiklah akan
aku mulai perkenalanku. Annyeonghaseyo, jeoneun Xi Lulu imnida. Aku keturunan
Korea-Ghina loh, adik dari namja tampan dan cantik bernama Xi Luhan dan kakak
dari adik tertampan di dunia bernama Xi Sehun. Di keluargaku aku adalah anak
perempuan tercantik karena memang aku satu-satunya anak perempuan.
Aku bukan anak orang kaya, appaku hanya
mempunyai sebuah perusahaan yang berjalan di bidang fasion. Pergi sekolah saja
hanya di antar oleh oppaku dengan mobil audi putih, pulangnya di jemput saengku
dengan motor sport limited edition buatan Yamaha. Benar-benar jauh jika di
bandingkan dengan Park Chanyeol.
Aku juga tidak pintar, hanya pernah ikut
pertukaran pelajar di Amerika selama 6 bulan dan hanya mendapat pringkat 2 di
sekolah. Ramah?? Aku bisa bilang kalau aku ini kadang ramah kadang juga cuek
abis.
Cantik? Tentu saja, aku ini yeoja, tidak
mungkin tampan. Terkenal? Lumayan sih, aku pernah sempat jadi model beberapa
desain yang di produksi perusahaan appa. Tinggi?? Bisa di bilang begitu, tinggi
badanku pas 172 cm, untuk ukuran yeoja aku tinggi loh.
Tapi aku masih berasa kurang. Kalian pasti
pikir aku ini serakah ya kan?? Biarin, suka-suka dong. Mau serakah apa enggak
suka-suka gue. Hidup-hidup gue kok!! Hehe bercanda…
Aku emang masih berasa kurang karena ada satu
hal yang belum aku miliki dalam hidup ini. Coba tebak apa?? Siapa yang bisa
tebak nanti aku kasih mantel musim dingin keluaran terbaru perusahaan appa.
Ahh!! Ternyata kalian gak ada yang bisa jawab
ya?? Ya udah aku bocorin deh jawabannya.
Aku masih berasa kurang karena belum bisa jadi
yeojachingunya Byun Baekhyun, namja tampan nan imut itu. Aku sebenernya udah
berusaha dekat sama dia dengan cara minta satu kelas sama dia.
Awalnya saat aku minta itu Pak kepsek nggak
ngasih karena alasanku yang hanya ingin satu kelas dengan Chanyeol dan
Baekhyun, tapi pas aku bilang kalau aku bakal ngadu sama appanya Chanyeol tuh
Pak kepsek langsung ngijinin.
Mungkin dia takut dana sumbangan dari appanya
Chan di cabut kali ya?? Eh, kenapa?? Kamu bilang kenapa aku ngadunya ke appanya
Chan?? Hehehe,,, aku belom bilang ya??
Sebenernya aku ini tunangannya Chanyeol.
Makanya aku bilang dia itu biasa aja, karena aku sama dia itu udah kenal sejak
bayi dan sudah di jodohkan sejak umur 3 tahun. Dan bakal nikah 5 tahun lagi.
Huuft, tapi sebelum aku nikah sama Chan aku
pengen punya pacar kaya Baekhyun dulu. Kayanya asik deh, kan bosen juga kalau
sama Chan terus. Tapi kayanya susah deh selingkuh di belakang Chan, soalnya dia
sama Baekhyun itu sahabatan.
"Chagi," aku melojak kaget saat
tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Owh, Chan, aku kira Baekhyun.
"Nde?" Tanyaku singkat.
"Lagi ngelamunin apa sih?? Aku ya??"
Iih pede banget sih nih anak?? Tapi emang iya juga sih, tadikan aku juga sempet
ngebahas Chan pas ngelamun.
"Iya," jawabku singkat. Jalas banget
sekarang di muka tampannya Chan itu terpampang kebahagiaan yang tersirat.
Hihi,, kalau dia tahu aku juga lagi ngelamunin Baekhyun kayanya dia langsung
gantung diri deh.
Chan itu cinta mati sama aku, tapi aku cuma
cinta biasa aja sama dia, enak aja cinta mati. Nanti kalo Chan mati aku harus
nyusul mati gitu? Terus yang ngurus anak-anak kami nanti siapa?? Makanya pikir
panjang kalo lagi ngomongin cinta.
"Ngelamuni aku bagian apa nih??
Ngelamunin nanti pas lagi nikah ya??" Uh, nebaknya jauh banget dari kata
bener.
"Nggak," dia duduk di depanku dan
menatap aku yang lagi galau gara-gara bingung cari cara ngajak Baekhyun
selingkuh.
"Terus apa dong?" Dia tuh ya!! Dari
tadi nanya terus, sekali-kali jawab dong!!
"Lagi ngelamunin kamu yang sempurna
banget tanpa satu celah dan bikin aku ngerasa gak berguna pas lagi sama
kamu," aku taruh daguku di meja yang menjadi membatas antara aku dan Chan.
"Loh, aku pengen jadi begini biar kamu
seneng punya tunangan yang sempurna, lagian juga aku gak sempurna-sempurna
amat, kamu juga tau itukan?"
Ahh!! Aku baru inget satu hal yang bisa bikin
penilaian kalian sama Chanku yang sempurna ini berkurang, tapi ini rahasia loh,
cuma kalian yang boleh tau tapi kalo mau nyebarin ke orang lain juga boleh kok.
Chan itu punya sifat dasar kaya yeoja. Takut
sama serangga macam kecoa, suka mewek saat nonton film drama romance yang ada
unsur sad-nya, dan kalau mau tidur itu masih harus di kelonin.
Tapi tetep aja yang orang lain tau itu cuma
Chan yang baik-baik doang. Gak ada yang tau tentang hal jeleknya. Cuma aku dan
keluarga besarku juga Chan dan keluarga besarnya.
"Iya deh, kamu emang selalu ngasih apapun
biar aku seneng. Tapi aku juga gak pernah ngasi kamu apa-apa yang bikin kamu
seneng. Coba tunangan macam apa aku ini?" Aku masih galau nih. Dan sengaja
ngomomng kaya gitu biar Chan mikir. Sukur-sukur dia minta putus sesaat.
Kenapa sesaat? Karena gak mungkin kami putus
selamanya?? Bisa-bisa nanti ada perang yang bikin perusahaan appa dan mall-mall
appanya Chan bangkrut. Sekalipun kami putus pasti juga bakal di suruh balikan. Sekalipun
karena salah satu dari kami selingkuh, pasti satunya di suruh maafin gitu aja.
Nyebelin juga ya?? Emang iya, memuakkan
malah!! Tapi itu menguntungkan juga. Berarti kalau aku selingkuh sama Baekhyun
kan gak apa-apa.
"Kamu senyum sama aku aja aku udah
seneng, apa lagi kalo kamu mau nyium aku, di pipi aja, aku pasti seneng
banget," mimpinya dangkal banget ya?? Tapi itu menguntungkan buatku.
Aku senyum sama dia dan kemudian mencium pipi
kanannya singkat. Bener, dia langsung sumringah gak jelas. Haha, gitu aja
seneng setengah mati.
To be continue...
WHEN
CHANYEOL MARRIED WITH ME
Gaun,
cincin, dekorasi, catring, undangan, susunan acara, dan lain sebagainya sudah
mulai aku siapkan dari sekarang. Tapi tentunya tidak sendiri, aku dibantu oleh
tunanganku tercinta yang sebenarnya sedang sibuk dengan pekerjaan barunya
sebagai trainee direktur di perusahaan
appanya.
Ini
sudah tinggal sebentar lagi. Yeah, pernikahanku dan sang pangeran hanya tinggal
menunggu dua bulan lagi, dan ini membuatku semakin gugup. Tapi biarpun seperti
itu aku tetap senang dan berharap hari akan berjalan lebih cepat dari biasanya
agar aku bisa cepat menikah dengan namja sempurna yang sudah digariskan akan
menjadi pasangan hidupku sampai alam meminta kami berpisah.
Hay,
kita bertemu lagi, aku masih bernama Xi Lulu dan dalam hitungan dua bulan lagi
nama margaku akan berubah menjadi Park, karena aku akan segera menikah dengan
Park Chanyeol , tunanganku yang sempurna itu.
Park
Lulu, kurasa itu nama yang tidak buruk, bahkan itu terdengar bagus di
telingaku. Aku sudah tidak sabar lagi menyandang gelar sebagai nyonya Park.
Yeah, walau sebenarnya kuliahku masih belum selesai, tapi aku tetap optimis
untuk menikah dengan namja yang aku cintai sejak aku masih kecil itu.
Chanyeol juga sebenarnya masih belum wisuda, kami akan
wisuda tahun depan, bersamaan dengan ulang tahunku yang ke-23. Tapi biar baru
22 tahun aku yakin aku bisa hidup mandiri dengan Chan.
"Kamu
mau yang seperti apa chagi??" Tanya Chan yang sedang melihat-lihat cincin
pernikahan di toko perhiasan langganan eomma.
Kalian
tahu? Saat ini Chan sedang memelukku mesra. Tangannya melinggkar sempurna di
pinggangaku dan aku senang dia seperti ini. Haha,, aku jadi terkesan genit
bukan?? Biar saja. Toh dia itu calon suamiku.
"Aku
ingin yang gayanya seminimalis mungkin, yang tak ada berliannya juga tak apa.
Yang penting cincin itu terhubung sempurna tanpa ada bagian cacat yang bisa
membuatnya putus," jelasku mendeskripsikan model cincin yang aku inginkan.
Si
pelayan toko itu langsung sibuk mencari
cincin yang tadi aku bilang. Sedangkan Chan sepertinya dia sedang
menatapku dengan tatapan yang menurutku aneh.
"Mwo??"
Tanyaku bingung melihatnya yang menatapku dengan tatapan yang seolah berkata
aku-tidak-salah-dengar??
"Kamu
benar mau memesan cincin dengan model yang seperti tadi kamu bilang?? Kamu
tidak mau yang ada berlian sapphier blue-nya?? Bukannya kamu ingin mempunyai
cincin dengan sapphire blue sebagai matanya??" Ah!! Dia tahu tentang itu
juga rupanya. Aku memang ingin punya cincin dengan mata sapphire blue yang
sangat indah. Tapi aku punya alasan lain kenapa aku memilih untuk memesan
cincin yang seperti tadi.
"Ne,
menurutku cincin pernikahan itu tak harus mewah dan bermata indah. Yang penting
kesempurnaan lingkarannya yang melambangkan ikatan tak terputus. Aku ingin
pernikahan dan cinta kita nanti seperti cincin itu, tak berpangkal dan tak
berujung. Kamu ngertikan chagi??" Jelasku diakhiri dengan senyuman manis
seorang Xi Lulu yang bisa membuat Park Chanyeol tersenyum lebih manis.
"Ne
arraseo, kamu pintar berfilosofi juga ya, chagi??" Aku hanya mengangguk
dan kembali melihat model-model cincin pernikahan yang disuguhkan oleh pelayan
toko itu.
"Aku
suka yang ini," ucapku sambil menunjuk sebuah cincin pasangan emas putih
yang mulus tanpa ada berlian yang bersarang di sana.
"Ne
kalau kamu mau yang ini kita ambil yang ini," Chan selalu seperti itu. Dia
sudah kembali pada sifat dasarnya yang terlalu sempurna dan ini juga yang
kadang menyebalkan. Aku jadi tak memiliki teman berdebad kecuali si pangeran imut,
Byun Baekhyun.
"Nona
kami ambil yang ini," ucapku seraya memberikan kotak cincin tadi pada si
pelayan toko.
"Cham
nona," Chan menahan pelayan itu saat dia ingin membungkusnya. "Bisa
kami membuat ukiran di dalamnya??" Tanyanya kemudian.
"Ne
tentu bisa tuan tapi kalian harus menunggu sedikit lama, sekitar satu
jam." Si pelayan itu menjawab dengan kata-kata ramah nan sopan yang sulit
sekali aku dengar dari mulut Baekhyun.
Ahh!!
Aku berharap dimasa depan nanti Baekhyun akan menjadi seorang pelayan juga. Dengan
begitu dia bisa sedikit merubah ciri khas dan sifat jelaknya yang kurang sopan
dan tidak sama sekali ramah.
"Ne,
gwenchana kami akan menunggu sambil melihat-lihat," jawab Chan tak mau
kalah ramah. Huuh!! Kenapa dia malah terkesan lebih suka bertaruh, siapa yang
paling ramah dia yang menang??
"Tuan
ingin cincin ini diukir pada bagian luar atau dalamnya dan diukir apa??"
Si pelayan itu bertanya lagi.
"Pada
bagian dalam dan ukirannya L love C." Yang menjawab aku bukan Chan.
"Baiklah,
silahkan menunggu dan melihat lihat tuan-nyonya." Kesannya aku tua sekali
di panggil nyonya, tapi biar saja lah, toh dua bulan lagi aku memang akan
menjadi nyonya Park.
Aku dan
Chan berjalan menuju bingkai-bingkai kaca yang memajang beberapa kalung
berlian. Melihat-lihat, kalau ada yang bagus aku akan minta dibelikan oleh Chan
nanti.
"Lihat
ini chagi, kurasa ini cocok jika dipadukan dengan gaun pengantinmu, leher
jenjangmu nanti bisa terlihat lebih indah dengan ini," Chan menunjuk
sebuah kalung berlian putih yang merindai panjang dan indah. Seleranya bagus
juga ya??
"Ne,
lumayan bagus, tapi ini terlalu mewah," jawabku.
"Lalu
kamu mau yang mana chagi, masa nanti lehermu terbuka begitu saja tanpa ada
hiasan sama sekali??"
"Ne,
aku ingin kalung yang minimalis saja,"
"Bagaimana
dengan yang ini??" Kini Chan menunjuk sebuah kalung berindai dengan
berlian yang ukurannya lebih kecil dan lebih terlihat simple namun indah.
"Boleh,
ini lebih bagus,"
"Nona,
kami ambil yang ini juga ya," seru Chan meminta pelayan lainnya untuk
membungkus barang pesanan kami. Setelah selesai dengan perhiasan kini saatnya
fitting gaun dan tuxedo di butik Calisga. Itu loh, butik favoriteku yang
menjual baju-baju mahal yang harganya selangit.
Sampai
di butik itu aku langsung menghapiri desainer utamanya yang merancang gaunku.
Sebenarnya gaun pernikahanku ini adalah rancanganku yang dipadupadankan dengan
desain Jessica eonni, desainer utama di butik ini.
Kalian
masih ingatkan kalau aku ini mahasiswi di jurusan desain?? Nah, karena tak
ingin menyia-nyiakan kemampuanku aku putuskan untuk ikut campur pada
desain gaun pengantiku yang jumlahnya
ada 3 itu.
Jangan
tanya kenapa ada 3?? Kalian belum kena amnesia kan?? Aku juga pernah bilangkan
kalau aku ini anak pemilik sebuah perusahaan fasion ternama yang pasti punya banyak
colegan dan Chan, tunanganku itu adalah seorang anak dari pemilik mall-mall
besar di Asia. Jadi sudah pasti acara pernikahan kami akan dibuat besar-besaran
dan tiga hari penuh. Nah, karena itu aku harus siap 3 gaun, akukan tidak
mungkin pakai satu gaun untuk 3 hari.
Satu
gaun utama warnanya putih seperti salju dan terkesan suci karena aku buat
sedikit tertutup walau pada bagian leher aku buat sedikit terbuka dan itu untuk
acara hari pertama yaitu, akad nikah dan resepsi untuk keluarga dan teman-teman
dekat yang jumlahnya tidak bisa di bilang sedikit. Spektakulerkan??
Gaun
kedua juga tak kalah spektakuler, warnanya memang tidak putih, melainkan soft
pink yang di padukan dengan beberapa rindai indah. Gaun ini di buat sederhana
sesuai dengan tema pesta hari kedua yang merupakan pesta kebun.
Dan
pesta terakhir yang notabennya ada di gedung dan lebih mengutamakan pesta
malamnya aku lebih memilih warna biru kehijauan yang dipadupadankan dengan
warna jingga, terkesan sederhana tapi sangat cantik. Bagaimana?? Gaun-gaunku
bagus bukan??
Tapi
sebenarnya aku lebih ingin memakai hanbok saat resepsi hari pertama, namun appa
melarangku katanya aku lebih cantik dengan gaun putih yang membalut tubuh
mungilku ini. Padahal aku ingin pernikahanku bertemakan asli Korea tapi eomma
bilang lebih baik bertemakan tiga bangsa besar yaitu Amerika, Asia dan Eropa.
Dan sebagai anak aku hanya menurut.
"Eotthokhe??"
Tanyaku pada Chan setelah aku kenakan gaun utamaku. Chan menatapku dengan
tatapan yang,, eerrr bisa dibilang kaget atau kagum.
"Neo,,
neomu yeoppo," ucap Chan dengan mata terbelalak. Aku jadi malu sendiri
sekarang. Apa aku terlihat begitu cantik sampai pangeranku terpesona seperti
ini?? Aish sepertinya wajahku mulai memanas.
"Chan
kamu juga kenakan tuxedomu," suruh Jessica eonni yang sepenuhnya merancang
semua tuxedo Chan.
Tak
lama Chan keluar dengan tuxedo putih yang menjadi pasangan gaunku ini. Ahh!!
Lihat dia!! Dia sangat tampan dan terlihat gagah. Neomu nampyeon namja.
"Kalian
memang sangat serasi, tapi sepertinya ada yang kurang," ujar Jessica eonni
sambil menggerakan kepalanya mencari apa yang salah dari pakaian kami.
"Eh,
Lulu sepertinya kamu harus memotong rambutmu sedikit, badanmu jadi terlihat
sangat kurus dengan rambut panjang itu dan Chan saranku lebih baik kamu belajar
untuk berdiri tegak, kamu terlihat terlalu bungkuk." Oceh Jessica eonni.
"Lulu
kamu juga lebih banyak makan tapi jangan berlebihan juga, lihat lenganmu itu
sangat kecil, terlihat tidak seimbang dengan gaunmu yang mewah ini, dan satu
lagi, senyum, kalian itu harus sering tersenyum dan melatih senyum yang sangat
baik eotte??" Tambahnya. Asih!! Dia itu cerewet sekali.
"Ne,
eonni, I know," jawabku malas. Dia terlalu banyak bicara untuk urusan
fasion tapi aku senang. Karena dia itu penasihat terbaik yang ada di Korea
dalam hal fasion.
***
"Kau
baru pulang?? Mana Chan??" Tanya Luhan oppa tepat setelah aku dudukan
diriku di sofa yang ada di hadapannya dan Sehun sekarang.
"Ne,
dia langsung pulang, mungkin dia juga lelah," jawabku malas.
"Bagaimana
persiapan pernikahan kalian??" Tanya Luhan oppa lagi.
"Hampir
selasai, tinggal menunggu undangan dan beberapa perbaikan pada gaun, sisanya
sepertinya sudah siap," aku jawab tanpa melihat oppaku itu. Aku sibuk
dengan tasku sekarang, sibuk mencari tulisan yang isinya daftar keperluan
pernikahanku.
"Noona,
noona jangan terlalu cape seperti itu, nanti kalau noona sakit
bagaimana??" Sehun kini berkomentar. Dia itu perhatian bukan padaku??
Kalian pasti iri padaku karena aku bisa memiliki namdongsaeng yang tampan, baik
dan perhatian seperti dia. Iya kan??
"Ne,
noona akan menjaga kesehatan noona, kamu tenang saja,"
"Kalau
butuh sesuatu, lapor padaku ya noona, mungkin bisa aku bantu." Aku
mengangguk. Terbuktikn kalau dia itu sangat sayang padaku?? Uhhh!! Aku jadi
tidak tega meninggalkan dia. Biasanya kalau eomma sedang sibuk dengan
nyonya-nyonya direktur lain Sehun pasti langsung terlupakan. Dan saat itulah
aku yang bertugas sebagai baby sisternya Sehun.
"Ne
Sehun. Gomawo,"
"Sudah
sana istirahat, nanti malam keluarga Chan akan kemari untuk makan malam, kamu
tidak lupakan??" Ah!! Aku baru ingat. Huuh!! Padahal niatanya malam ini
aku mau tidur cepat.
"Ne
oppa," aku bangun dan berjalan gontai menuju kamarku yang terletak di
lantai dua istana keluargaku ini.
Sampai
kamar aku langsung tutup pintu kamarku dari dalam dan merebahkan tubuhku ini di
ranjang empuk yang selalu memberikan aku mimpi indah dengan Chan. Haah!!
Ranjang, sebentar lagi aku tidak akan tidur di ranjang ini lagi. Setelah
menikah nanti aku akan pindah.
Appa
Chan sudah membelikan kami rumah yang lumayan besar untuk kami tinggali berdua
dan letaknya juga tak terlalu jauh dari rumahku, rumah Chan, kampus dan kantor.
Pokoknya ada di tengah. Katanya itu adalah hadiah pernikahan kami.
Sedang
appaku memberikan hadiah pernikahan sebuah mobil Hyundai berwarna hitam dan
juga sebuah ranjang yang konon katanya dirancang khusus dan dibuat di paris.
Sedikit tidak masuk akal memang, tapi aku sudah lihat ranjang itu. Desainnya
memang mewah dan terlihat seperti ranjang raja-ratu pada dongeng klasik Eropa.
Huuhh!!
Semua ini memang melelahkan tapi aku senang melakukannya.
Sudah
aku ingin tidur, aku butuh istirahat untuk terlihat lebih fres saat menyambut
keluarga Chan nanti malam.
***
Aku
merasa ada sesuatu yang menyentuh pipiku saat aku tidur dan itu sangat
mengganggu. Jadi perlahan kubuka mataku, melihat siapa yang dengan teganya
mengganggu istirahatku. Huuhh!! Silau, karena hal yang perama aku lihat adalah
lampu kamar yang sudah menyalah.
Seingatku
tadi aku tidak menyalahkan lampu. Mungkin si pengganggu yang menyalahkannya.
"Aku
mengganggumu??" Tanya suara khas dari orang yang aku kenali. Yeah, dia
Park Chanyeol, tunanganku dan calon suamiku.
"Kamu
sedang apa di kamarku chagi??" Tanyaku setelah duduk di ranjangku.
"Membangunkanmu,
kamu lupa ya kalau kita ada akan dinner dengan keluarga kita malam ini??"
"Ani,
aku ingat, memang ini jam berapa??"
"Jam
6," aku kaget dan langsung turun ranjang, berlari mengambil handuk di
lemari dan kemudian melesat menuju kamar mandi. Untuk mandi tentunya.
Huuhh!!
Bagaimana bisa aku telat bangun seperti ini?? Dan kenapa juga tidak ada yang
membangunkan aku dari tadi?? Mereka ini bagaimana sih?? Duh!! Bagaimana ini??
Waktunya tinggal satu jam lagi. Aku belum menyiapkan apapun untuk malam hari
ini. Apa kata eommanim nanti kalau dia tau aku seperti ini?? Aish!!
Selesai
mandi aku langsung keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk yang
membalut tubuh bagian atasku dari dada hingga kira-kira 10 cm di atas lutut.
Rambutku sudah kugulung dengan handuk juga agar lebih cepat kering.
Aku
langsung membuka lemari bajuku, mencari pakaian yang pantas aku kenakan untuk
malam ini. Aku harus tampil cantik di hadapan calon mertuaku, aku tidak mau
memberikan kesan jelek pada mereka. Yah, walau sebenarnya mereka juga sudah tau
semua sifat jelekku.
Tanganku
masih sibuk mencari pakaian yang layak. Tapi kenapa semuanya malah terlihat
biasa saja. Aish!! Lulu babo, kenapa aku tidak beli saja tadi ya?? Padahal di
butik Calisga pasti banyak yang bagus.
"Kamu
lagi cari apa chagi??" Aku tersentak kaget saat mendengar suara Chan.
"Kamu
ngapain di sini??" Aku langsung menutupi bagian dadaku yang terekspos
dengan sempurna.
"Aku
memang dari tadi di sini," aish!! Aku lupa. Aku belum mengusir Chan tadi.
Arrggg!! Xi Lulu babo. Sekarang bagaimana?? Dia sudah melihatmu dalam kondisi
seperti ini?? Arrggg!! Aku maallluuu!!
"Sudah
sana keluar, aku mau ganti baju," usirku.
"Ani,
aku mau di sini saja," jawabnya sambil terseyum jail.
"Asih!!
Dasar yadong. Sana pergi aku mau pakai baju," aku kini berteriak
mengusirnya.
"Memang
kenapa kalau aku di sini?? Aku kan calon suamimu, jadi santai saja chagi, lagi
pula aku ke sini memang mau melihatmu mengenakan baju yang aku belikan khusus
untuk malam ini," dia berjalan ke arahku yang masih berdiri di sisi
lemari.
"Igo,
kenakan ini ya??" Dia memberikan aku sebuah bungkusan yang aku yakini
isinya adalah sebuah baju. "Ini aku beli tadi di Calisga, dan aku yakin
kamu catik pakai ini," aku terima bungkusan itu. sukurlah ada baju yang
layak aku kenakan. Chan, gomawo chagi.
"Sudah
sana keluar," lagi, kuusir dia.
"Ani
aku mau di sini,"
"Tidak
bisa, aku mau ganti baju Chanyeol. Aku sudah kedinginan tau, sudah sana
pergi,"
"Shireo!!"
Tolaknya seperti anak kecil.
"Aish!!
Ya sudah cepat berbalik, jangan coba-coba untuk mengintipku, lewat manapun
tidak boleh, dan kalau bisa tutup matamu," suruhku.
"Kenapa
aku harus seperti itu, aku kan calon suamimu, jadi boleh dong aku melihatmu ganti baju," jawabnya
dengan disertai senyuman jail lagi. Dasar yadong!!
Tuuukk!!
Kujita kepalanya.
"Ingat baik-baik tuan Park, kamu masih calon suamiku bukan suamiku, jadi
hal seperti itu masih di larang." Jawabku kesal. "Sudah cepat balik
badan,"
Dia
berbalik, begitu juga dengan aku, secepat mungkin kukenakan gaun malam yang
Chan belikan ini. Sebuah gaun berwarna soft violet selutut yang pada bagian
atasnya hanya tertaut dua buah tali tipis. Jadi bagian dada atasku sedikit
tebuka karena model gaun ini.
Tanganku
berusaha untuk meraih resleting gaun ini, tapi sulit dan sekalipun sudah bisa
aku raih, resletingnya malah macet. Huuh!! Sial sekali sih.
Tiba-tiba
ada yang membantuku menaikan resleting itu. Mendadak tubuhku langsung merinding
dan otomatis langsung kaku. Aku tau siapa yang melakukannya, dan itu penyebab
aku jadi kaku seperti ini.
"Kalau
tidak bisa bilang dong, jadi aku tidak perlu lama menunggumu mengenakan gaun
ini," aku berbalik melihat Chan
yang tersenyum jail, ani.. Kali ini itu aku anggap senyuman yadong,
bukan jail.
"Aish!!
Sudalah sana keluar, aku masih harus dandan, kasihan appa dan eommamu
menunggu." Usirku lagi. Aku sudah sangat malu saat ini. Dia tadi sudah
melihatku hanya dengan handuk yang membalut tubuhku dan kini dia yang
membantuku menaikan resleting, itu berarti dia melihat punggungku tadi. Dan itu
cukup membuatku malu, sangat malu.
"Ani,
aku mau keluar bersama denganmu," dia menolak lagi dan aku juga sudah
pasrah dengan maunya itu. Percuma seperti apapun aku megusirnya, dia sekarang
sudah bersikap seperti bocah lagi, susah diatur dan itu peyakit kambuhan yang
dia derita. Childish.
"Ya
sudah lah, terserah kamu," aku berjalan menuju meja rias dan kemudian
duduk di kursinya. Kubuka balutan handuk di kepalaku dan kemudian mengusapnya.
Kuambil hairdryer dan langsung mengeringkan rambutku.
Setelah
kering kusisir rambut pirang nan panjang milikku ini. Selesai berurusan dengan
rambut kini saatnya aku merias wajahku. Ku poleskan riasan natural di wajahku
yang notabennya memang sudah cantik ini. Aku sempat melihat pantulan bayangan
Chan yang tersenyum melihat aku dandan.
Selesai!!
Aku berbalik melihat Chan yang sudah dari tadi melihatku.
"Sudah,
kajja turun," ajakku.
"Ne,
kajja." Dia bangun dan langsung memagang tanganku. "Kamu cantik
banget chagi," mendadak wajahku terasa memanas, aku malu, dan aku rasa
sekarang wajahku sudah mulai memerah.
Aku
turun sambil berpegangan tangan dengan pangeranku. Berasa kaya putri. Apalagi
waktu aku liat appa-eommanya Chan melihat aku dengan tatapan terkagum-kagum.
Aku makin berasa kaya putri di negri dongeng.
Saat
makan malam seperti biasa yang aku dengar hanya pujian dan ocehan yang
menyuruhku untuk ingat kalau aku ini sebentar lagi akan menikah dengan Chan.
Tak akan berubah selalu itu. hanya saja kali ini ocehan itu aku dengarkan
dengan seksama, karea aku memang butuh masukan untuk pernikahanku nanti.
"Lulu,
kamu semakin cantik sayang," puji eommonim.
"Ne
gamshahamnida eommonim,"
Dan
seperti itulah yang lainnya.
Sampai
selesai makan malam aku hanya mengobrol berdua dengan Chan yang kebetulan atau
sengaja aku tidak tau, yang pasti dia duduk di sampingku. Dia mulai lagi
bercerita tentang mantan selingkuhaku yang belakangan ini banyak mengeluh.
Untuk
kalian ketahui saja. Baekhyun sekarang juga seorang trainee di perusahaan
appanya Chan. Tepatnya Chan yang meminta dia untuk ikut menjadi sekretarisnya.
Kata Chan dia kasihan dengan Baekhyun yang katanya malas itu, dia takut
Baekhyun nantinya tidak bisa dapat kerja dan jadi pengangguran. Jadi dia angkat
sahabatnya itu untuk jadi sekretarisnya.
Aku sih
setuju-setuju saja. Tapi Luhan oppa yang malah tidak setuju. "Kenapa harus
dia?? Kenapa bukan aku?? Aku kan calon kakak iparmu??" Tanya Luhan oppa
saat itu. Terlihat jelas di wajahnya kalau dia tidak terima dengan keputusan
Chan.
"Hyungkan
nanti akan jadi direktur di perusahaan appanim," jawab Chan. Memang benar sih,
Luhan oppa itu adalah calon direktur satu-satunya di perusahaan milik appa.
Karena Sehun sudah menolak, katanya dia lebih ingin menciptakan perusahaan
sendiri.
"Tapikan
aku juga mau mencoba bekerja dia perusahaan appamu,"
"Nanti
juga kita bisa bekerja sama hyung, kau tenang saja, kau masih bisa bekerja dia
perusahaan appa, tapi bukan sebagai pegawai melainkan sebagai tamu
terhormat." Sahut Chan lagi.
Dan
seterusnya sampai Luhan oppa mengalah dan mau menerima keputusan Chan. Yah,
walau dengan banyak gerutuan yang keluar dari mulutnya itu.
Setelah
selesai makan malam, tumben sekali Chan langsung ikut pulang dengan kedua orang
tuanya. Biasanya dia akan di sini sampai Luhan oppa mengusirnya. Tapi biar saja
dengan begini aku bisa istirahat lebih awal.
***
~Skip
Time~
Pesta
hari pertama
Huuuhh!!
Rasanya tegang sekali.
Kini
aku sedang berjalan menuju pangeranku yang sedang berdiri memunggungi aku.
Luhan oppa yang menuntunku menuju dia. Kenapa bukan appa?? Itu karena Luhan
oppa yang meminta. Katanya dia yang harus memberikan yeosaengnya pada lelaki
yang sebenarnya masih dia ragukan bisa membimbingku.
Hahah..
Oppaku ini bilang kalau sampai Chan jahat padaku, dia sendiri yang akan
membunuh Chan dengan tangannya. Ternyata dia sangat sayang padaku. Sama seperti
aku yang sangat sayang padanya dan Sehun.
"Jaga
Lulu baik-baik, atau kau akan mati," bisik Luhan oppa saat dia menyerahkan
tanganku pada Chan. Aku hanya tersenyum geli mendengar itu. Pesan macam apa
itu?? Sepertinya aku satu-satunya pengantin yang pernah mendengar pesan seperti
itu dari oppaku untuk pangeraku.
Pernikahan
berjalan lancar. Hanya saja tadi saat aku hendak mengenakan cincin pernikahan
di jari Chan tanganku bergetar hingga cincin itu hampir saja terjatuh.
"Aku
tak percaya kalian sudah menikah, padahal seingatku dua hari yang lalu aku baru
saja selingkuh dengan Lulu karena di suruh olehmu Chan dan rasanya baru kemarin
Lulu menangis di tempat persembunyainnya karena sikap Chan berubah dan aku
memarahinya, tapi kenapa kalian sudah menikah saja ya??" Aish Baekhyun!!
Apa yang dia bicarakan??
Apa dia
tidak sadar siapa dia sekarang?? Dia itu pembawa acara di resepsi perikahanku,
dan apa yang dia bilang tadi?? Dia membahas tentang selingkuh?? Dia bisa
membuat appa dan eommaku juga Chanyeol kena serangan jantung nanti.
Benar
saja. Acara langsung terkesan tak terkendali. Semua yang datang sepertinya
sekarang sibuk membahas kata selingkuh dan menangis. Dasar Byun Baekhyun. Kamu
mau merusak acaraku hah?? Sampai itu terjadi, kamu akan mati di tanganku
Baekhyun!!!
"Tenang
semua, kalian percaya dengan apa yang aku bilang tadi?" Dia malah bertanya
pada para tamu. Aku mencengkaram tangan Chan kuat-kuat, semoga dia sadar kalau
aku ingin dia menghentikan Baekhyun sekarang.
"Tenang
saja chagi, Baekhyun tidak bodoh," ucapnya sambil tersenyum penuh
kebahagiaan.
"Kalau
kalian percaya berarti kalian musrik. Seharusnya kalian itu percaya apa yang
dikatakan Tuhan, bukan percaya apa yang di katakan olehku, hahaha.."
Aish!! Namja itu gila atau sinting?? Dia tertawa begitu keras di depan keluarga
besarku dan Chan juga teman-teman lama kami bertiga.
Tapi
aku lega. Paling tidak Baekhyun masih menyembunyikan fakta itu. Dan aku tidak
perlu was-was karena takut eomma kena seranga jantung.
Untung
saja acara besok rata-rata tamunya itu teman-teman kami dan juga pembawa
acaranya juga bukan Baekhyun jadi tidak mungkin ada keriuhan seperti ini lagi.
Paling tidak Sehun lah pembawa acara besok.
Malamnya
aku dan Chan tidak pulang ke rumah, melainkan ke hotel. Karena acara kami 3
hari berturut-turut diadakan di hotel ini, jadi kami lebih memilih untuk
memesan kamar di hotel ini saja.
Sampai
dia kamar itu hal yang pertama aku lakukan adalah ganti baju, atau tepatnya aku
ingin mandi. Kalau saja Chan tidak bilang..
"Kita
mandi bareng yuk chagi??" Pintanya sambil pasang tampang yadong.
"Shireo,
aku tidak mau!! Kamu mandi sendiri saja sana," aku usir dia dan dia
langsung melangkah lemas menuju kamar mandi. Selama dia mandi aku gunakan
waktuku untuk ganti baju, aku tidak mau nanti dia melihatku ganti baju.
Selasai
Chan mandi niatnya aku mau mandi, tapi lagi-lagi aku urungkan niat itu karena
Chan bilang seperti ini...
"Mau
aku mandikan??" Aish!! Kenapa dia jadi yadong begini sih??
"Ani,
aku tidak jadi mandinya," jawabku kesal.
Jujur
saja aku takut saat ini. Entah kenapa aku takut dekat-dekat dengan Chan apalagi
kalau aku teringan kalau ini malam pertama kami. Aku masih belum siap melakukan
'itu'. Jadi sebisa mungkin aku menahan diri agar tidak membuat Chan berpikir
yadong.
"Kamu
yakin??" Aku mengangguk lemah menghadap kaca di meja rias kamar hotel ini.
Aku bisa lihat pantulan wajah Chan yang sekarang sedang duduk di ranjang, dia
tersenyum dengan smirk yang mengerikan menurutku.
"Ya
sudah kaja kita tidur." Deg!! Jantungku berdebar semakin cepat. Kurasa
otakku sudah mulai error. Karena saking takutnya aku malah berjalan menjauhi
namja sempurna yang statusnnya sekarang adalah suamiku.
"Kamu
kenapa chagi??" Chan berjalan menghampiriku. Satu langkah Chan maju maka
satu langkah aku mundur menjauhinya, mempertahankan jarak antar kami. Kalau
bisa aku malah ingin kabur dari sini sekarang.
"Aku
baik-baik saja," jawabku lirih.
"Kenapa
mundur terus sih??" Sepertinya dia kesal aku terus mundur dari tadi.
"Berhenti
di situ!!" Teriakku setelah aku rasa tubuhku sudah mentok di tembok, dan
dia berhenti dengan wajah yang seolah bertanya kamu-kenapa-chagi??
"Kamu
kenapa??" Dia benar bertanya seperti itu.
"Jangan
mendekat,"
"Wae??"
"Pokoknya
jangan mendekat,"
"Iya
tapi kenapa??"
"Aku
hanya.. Hanya.." Ucapku terbata. Jujur saja aku juga malu kalau harus
bilang aku takut.
"Hanya
apa??" Kini dia mungkin benar-benar kesal.
"Sudahlah,
pokoknya jangan mendekat," ucapku seraya berjalan memutar sambil menjaga
jarak, aku ingin ke ranjangku.
"Kamu
ini kenapa sih??" Tanyanya heran. Dia melihatku terus-menerus membuat aku
semakin takut dan berusaha untuk mempercepat langkah. Tapi..
"Ye!!
Kena," ucapnya girang karena bisa menangkapku dan memelukku dari belakang.
Tubuhku
langsung terasa lemas. Pikiranku melayang jauh entah ke mana. Sungguh aku takut
saat ini, sangat takut bahkan. Oh Tuhan, tolong aku!! Luhan oppa bantu aku!!
Sehun tolong noona!! Siapapun tolong aku, aku takut!!!
Aku tau
kalian pasti pikir aku ini aneh kerena sampai bisa ketakutan seperti ini. Tapi
ini kenyataannya. Aku takut, sangat takut tepatnya. Aku takut Chan memintaku
untuk meladeninya melakukan 'itu'. Aku masih belum siap, ini masih terlalu dini
menurutku.
Tubuhku
merosot jatuh ke lantai. Aku manangis sesegukan dengan perasaan takut yang
masih terus mendominan dalam diriku. Aku rasa pelukan Chan lepas karena kini
aku lihat dia jongkok di hadapanku.
"Neo
gwenchana chagi?" Tanyanya dengan wajah khawatir yang terpampang jelas.
"Hiks..
Hiks.. Ne, nan gwenchana," jawabku sambil terisak.
"Waeyo
chagi??"
"Aku
takut,"
"Takut
apa?? Kamu takut sama aku??" Aku mengangguk lemas. "Waeyo?? Kamu
pikir aku akan memakanmu setelah kita menikah??"
"Ani..
Hiks.. Aku hanya.. Hiks.. Takut.. Hiks.. Kalau kau.. Hiks.. Meminta.. Aku
untuk.. Hiks melakukan itu.." Jawabku masih dengan isakan.
"Owh,
aku kira apa," aku mendongakan kepalaku yang tadi aku tundukan ketika
menjawab pertayaanya saat mendengar dia menyahuti jawabanku.
"Jadi
kamu tidak akan meminta itu??" Tanyaku memastikan. Kalau di cermati dari
kata-kataya tadi dia sepertinya tidak punya niat untuk mengajakku melakukan
itu.
"Tentu
saja tidak. Aku memang sudah punya niat untuk memintanya padamu malam
ini," aku langsung mundur mejauhinya.
"Tapi
melihatmu ketakutan seperti ini, aku rasa kalau tidak malam ini juga tidak apa.
Sepertinya kamu masih belum siap," aku bernafas lega mendengarnya.
Chan
berjalan mendekati aku lagi dan membantuku bangun. Dia menuntunku ke ranjang
dan mendudukanku di ranjang itu kemudian berlutut di depanku. Apa yang mau dia
lakukan??
"Kamu
tau chagi??" Aku menggeleng. "Saat ini aku sangat bahagia karena
sudah bisa benar-benar memilikimu,"
"Aku
juga," sahutku sambil tersenyum. Aku memang sangat bahagia bisa menyandang
gelar sebagai istri dari namja tampan, pintar, terkenal, tinggi, ramah, baik,
dan kaya pula.
"Jadi
kumohon jangan rusak kebahagiaan malam ini dengan tagisan itu," tangannya
mengusap pipiku. "Kamu tenang saja, aku tidak akan memaksa untuk melakukan
itu jika kamu belum mau malam ini," tambahnya.
"Gomawo
sudah mau mengerti aku Chan, do mianhae,"
"Ne,
gwenchana, kajja tidur." Aku mengagguk dan langsung merebahkan tubuhku di
ranjang ukuran big size ini. Nyaman juga rasanya.
Chan
berbaring di sampingku. Aku sih, tidak kaget kalau hanya tidur di samping Chan,
dari dulu aku sudah sering melakukan ini. Bahkan saat aku menginap di rumah
Chan aku pasti akan tidur di kamar Chan karena dia yang meminta dan sekalipun
aku menolak, pagi saat aku bangun aku pasti sudah ada di kamarnya Chan karena
dia memindahkan aku.
Tapi
tenang, selama ini kami tak pernah melakukan apapun. Hanya sekedar tidur di
ranjang yang sama. Kami masih tau batasan dan norma yang berlaku, yah walaupun
sebenarnya tidur berdua juga melanggar norma.
Aku
mulai pejamkan mataku dan tidur dalam pelukan Chan sekarang. Entahlan aku
merasa kalau Chan tidak akan melakukan apapun padaku dan aku percaya padanya.
Jadi kulanjutkan saja perjalananku menuju mimpi indahku malam ini.
***
Pesta
hari kedua
"Chukhae
Lulu. Akhirnya kamu bener-bener bisa bertahan sampai menikah dengan Chanyeol
ya??" Salah satu teman sekelasku dulu saat SMA menyalamiku sambil berkata
seperti itu.
"Ne,
gomawo Hyeeun,"
"Chan,
aku kagum padamu, kamu bisa benar-benar meluluhkan yeoja satu ini," kini
giliran salah satu teman Chan di kampus yang kalau tidak salah namanya itu
Jongdae.
"Haha..
Tentu saja,"
"Suksek
selalu ya bro," setelah itu Jongdae lewat.
Setelah
menyambut tamu-tamu kami, aku dan Chan lebih memilih untuk duduk istirahat di
bangku yang sudah di sediakan khusus untuk kami.
"Bagaimana
malam pertama kalian tadi malam?" Tanya Baekhyun yang datang bersama
dengan Sehun.
Aku
diam begitu juga dengan Chan. Aku bingung mau jawab apa. Tapi aku tidak tau
kenapa Chan diam. Aku rasa yang salah tadi malam itu aku, jadi Chan harusnya
menyembuyikan fakta tentang ketakutankku. Semoga saja seperti itu..
"Biasa
saja," jawab Chan kemudian. Baguslah dia masih menutupinya.
"Biasa
saja??" Sehun mengulangi ucapan Chan dengan intonasi nada tanya.
"Memang
kalian sudah pernah melakukan itu sebelumnya?" Tanya Baekhyun kini.
"Belum,"
kembali Chan yang menjawab.
"Bagaimana
bisa terasa biasa saja??" Aduh!! Namja ini polos sekali sih?? Byun
Baekhyun, kenapa bisa kau itu polos sekali bertanya seperti itu. Lagi pula
kenapa kau sepertinya ingin sekali tau tentang hal itu, itukan rahasiaku dan
Chan.
"Itu
karena kami tidak melakukan apapun tadi malam Byun Baekhyun," jawbaku
lirih. Kesal juga dia banyak tanya.
"Mwo??
Kau belum melakukannya??" Seketika pandangan langsung tertuju padaku dan
Chan yang kini duduk di singgah sana kami. Dasar Byun Baekhyun!! Tidak bisakah
dia lebih pelan sedikit?? Apa dia ingin membuat semua orang mengetahui apa yang
aku katakan tadi??
"Aish!!
Jangan keras-keras babo," aku merutukinya setelah meminta maaf karena tadi
Baekhyun sempat berteriak.
"Eh,
mian. Tapi bagaimana bisa??" Tanya bekhyun lagi sedang namsaengku yang
berdiri di sampingnya hanya mengangguk. Sial juga namja ini, dia sudah menyebar
virus yadong pada namsaegku yang polos itu. Yah, walau pacarnya Sehun ada dua,
tapi dia itu masih polos dalam hal ke-yadong-an.
"Lulu
masih belum siap," kini Chan yang mejawab dan langsung aku cubit
pinggangnya. Siapa suru membuka aib istrinya sendiri.
"Hahaha.."
Tawa Baekhyun dan Sehun pecah begitu saja. Sepertinya mereka tak merasa risih
dengan tatapan tamu lain yang menganggap mereka gila bin sinting.
Acara
pesta kali ini selesai cepat. Aku dan Chan mendapat waktu istirahat yang lebih
untuk persiapan pesta besok malam yang pasti akan sangat melelahkan. Tentu saja
sangat melelahkan. Besok aku pasti di tuntut untuk terus berdiri di samping
Chan selama Chan mengobrol dengan colega-colega appanya dan appaku.
Aku
dudukan diriku di ranjang dan melepaskan heels yang menyiksa ini. Bayangkan
selama 8 jam aku harus mengenakan heels setinggi 12 cm. Rasanya kakiku seperti
ingin putus.
"Kamu
mau aku duluan yang mandi atau kamu??" Tanya Chan setelah dia membuka
stelan tuxedonya dan memamerkan abs di badan kurusnya.
Pikiranku
langsung melayang entah kemana. Rasa takutku kembali hadir. Yah, rasa takutku
kalau Chan mengajakku melakukan itu. Aku masih belum siap, dan aku rasa aku
memang selalu belum siap. Kadang aku sendiri bingung kenapa harus melakukan itu
kalau ingin memiliki anak?? Apa tidak ada cara lain??
"Aku
dulu," jawabku dan aku langsung melesat pergi ke kamar mandi. Menguncinya
dari dalam, jaga-jaga takut tiba-tiba Chan masuk.
Selama
mandi aku benar-benar melakukan kewaspadaan tingkat tinggi. Mandiku pun jadi
lebih cepat dari biasanya. Sekali lagi ini karena aku takut. Keluar dari kamar
mandi aku sudah mengenakan baju tidurku, aku tidak mau membangunkan macan yang
mungkin sekarang sudah mulai sadar kalau ada daging di hadapannya. Kalian
mengerti maksudku kan??
"Aku
sudah selesai chagi, sana kamu mandi," suruhku pada Chan yang malah
asik-asikan bermain ponselnya sambil senyum-senyum sendiri. Jangan bilang kalau
dia mulai gila.
"Ne,"
dia meletakan poselnya dan langsung berjalan menuju ruangan yang sekarang
sedang aku punggungi.
Huuufftt!!!
Aku sekarang punya waktu lagi untuk sedikit lebih menenangkan diriku. Tapi
tiba-tiba aku berhenti, seluruh tubuhku menegang dan mulai kaku lagi. Aku merasa
ada yang memelukku dari belakang, dan pasti pelakunya itu Chan.
Deruan
nafas Chan sangat terasa di tengkukku dan itu membuatku merinding. Sepersekian
detik kemudian ketakutanku bertambah besar. Tak lama aku merasa ada sesuatu
yang meyentuh tegkukkku, sesuatu yang basah.
Chan
sedang menciumku. Dan..
Duukkk!!!!
Aku jatuh terduduk. Badanku lemas bukan main karena ketakutaku itu. Ini
benar-benar lebih menakutkan dibandingkan dengan melihat film horor jepang atau
film meyeramkan lainnya. Tapi aku tau Chan masih menahan tubuhku.
"Chagi,
gwencana??" Tanyanya khawatir.
Aku
diam dan kemudian Chan nempelkan punggung tangannya di dahiku. "Omona,
panas sekali, sepertinya kamu sakit chagi," dia membantuku berdiri lagi
seperti kemarin dan menutunku untuk berbaring di ranjang.
"Sepertinya
kamu terlalu lelah sampai seperti ini." Ucapnya masih dengan nada
khawatir.
"Ani,
nan gwenchana chagi," sahutku. "Aku bawa obat di tasku, bisa kamu
ambilkan??" Pintaku dan Chan lagsung melakukannya. Tak lama dia datang
padaku lagi dengan segelas air dan obat yang aku maksudkan tadi.
Aku
memang selalu mebawa stok obat untuk penghilang rasa sakit, dan itu selalu
berfungsi untukku saat aku tiba-tiba migrain atau saat tiba-tiba maghku kambuh.
Setelah munim obat Chan menyuruhku utuk tidur tapi aku tidak langsung tidur.
"Kenapa
tidak tidur? Kamu butuh istirahat chagi,"
"Aku
hanya merasa tidak aman saja, aku takut akan terjadi sesuatu saat aku
tidur," jawabku jujur. Semoga Chan sadar apa maksudku berkata seperti itu.
Semoga dia tau kalau aku masih belum siap.
"Uljima,
aku tidak akan melakukan apapun, jadi tidurlah," aku melihat matanya tadi
saat dia bicara. Dia jujur.
Jadi
malam ini aku terbebas dari kewajibanku lagi. Aku tau ini dosa, tapi aku harus
gimana lagi?? Aku memang masih belum siap, aku merasa itu sangat menakutkan dan
aku takut. Sekali lagi kutegaskan. AKU TAKUT!!!
***
Pesta
hari ketiga
Pesta
hari ini dimulai sejak jam 4 sore, dan selama menunggu jam 4 itu aku bersama
dengan Chan hanya berada di kamar. Sedang apa?? Kami sedang istirahat tentunya,
menyiapkan energy untuk sorenya. Apa lagi semalam aku sempat demam, jadi Chan
benar-benar menyuruhku untuk istirahat.
Dan
saat pesta, tepat seperti dugaanku. Aku harus terus berada di samping Chan yang
sedari tadi berbincang dengan direktur atau perwakilan ada perusahaan lain.
Membosankan dan sangat melelahkan. Apa lagi aku harus menggukaan heels yang
tingginya 12 cm. Ini benar-benar penyiksaan.
"Chan,
ini tuan Cho direktur dari Hyundai corporation, dia ini juga memiliki seorang
namja yang umurnya beda 4 tahun denganmu dan baru menikah setahun yang
lalu," ucap appaku memperkenalkan Hyunil ahjussi, appanya Kyuhyun oppa.
Untuk
sekedar kalian ketahui, dulu Kyuhyun itu adalah namja yang sangat dekat
denganku, karena Kyuhyun oppa dan Luhan oppa sama-sama meyukai game juga pintar
matematika jadi mereka selalu bersama. Kyuhyun oppa itu sahabatnya Luhan oppa,
hanya saja sekarang mereka jarang bertemu karena Kyuhyun oppa sedang di Aussie,
melanjutkan study-nya.
"Annyeong,
Park Chanyeol imnida," suamiku ini memperkenalkan dirinya pada salah satu
sahabat appaku itu dan sempat sedikit menunduk memberikan hormat pada sang
direktur Hyundai corporation.
"Wah,
Lulu kurasa kamu beruntung mendapat namja yang tampan dan gagah seperti
Chanyeol ini, dan lagi dia anak dari seorang tuan Park," aku hanya
terseyum merespon omongan pria tua yang sangat aku kenali itu.
"Dan
Chanyeol, saranku kamu harus menjaga istrimu ini dengan baik karena pasti
banyak yang menginginkan dia," setelah itu obrolan mereka berubah menuju
omongan bisnis yang bahkan aku tidak mengerti sama sekali. Yang aku tahu mereka
sedang merencanakan sesuatu yang berbau bisnis.
Rupanya
suamiku ini sudah pintar berbisnis. Sepertinya training di perusahaan appanya
tidak sia-sia. Dan semoga ini juga berlaku pada mantan selingkuhanku yang
sampai saat ini masih terlihat imut itu. Semoga saja dia sudah bisa bekerja
nanti saat dia sudah wisuda. Jadi paling tidak mantan kekasih gelapku itu tidak
membuatku malu. Yah, walau sebenarnya dia itu memang sangat malu-maluin.
Kalian
tau?? Sekarang dia sedang mendekati beberapa yeoja yang berkumpul di sudut
ruang pesta ini. Kalau aku tidak salah tebak, yeoja-yeoja itu pasti sekretaris
dari para direktur yang malam hari ini diundang untuk datang dengan istri
mereka.
"Malam
ini, tak ada lagi alasan untukmu Park Lulu," bisik Chan padaku saat aku
baru saja bisa mendudukan pantatku di singgahsanaku.
"Heh??
Maksudmu??" Tanyaku bingung.
"Pokoknya
malam ini kamu tidak punya alasan lagi untuk menolakku," jawabnya sambil
pasang tampang serius. Aku mengerti. Aku tau arah pembicaraan ini. Pasti
maksudnya adalah..
"Tapi.."
"Tapi
apa?? Kamu belum siap?? Takut?? Sebenarnya apa yang kamu belum siap dan takuti
sih??" Tanya Chan memotong kata-kataku tadi.
"Aku.."
Aku bingung apa. "Aku hanya takut saja, dan aku belum siap punya anak
sekarang, kamu juga tau kan kalau aku baru mau punya anak nanti kalau sudah
lulus kuliah," jawabku. Ini bukan sebuah kebohongan loh. Aku jawab jujur.
"Tidak
akan menakutkan kok chagi, dan aku rasa kamu tidak akan langsung hamil hanya
dengan sekali melakukan itu," dia mulai lagi menyeringai yadong.
"Ani,
aku tetap tidak mau," tolakku.
"Akan
aku paksa," dia memamerkan evil smirknya kali ini.
"Kalau
begitu aku tidak mau tidur sekamar denganmu, aku akan pesan kamar lagi nanti,"
aku berjalan meninggalkan dia.
Jujur
saja aku takut kali ini. Aku masih belum siap sekarang, tapi kenapa Chan malah
ngebet banget sih?? Aku masih tidak habis pikir dengannya. Dia bisa begitu
inginnya melakukan itu, memang apa enaknya hah??
Dasar
namja yadong. Tapi apa aku salah bersikap seperti itu?? Sudahlah, lupakan saja.
Acara
pesta malam ini selesai sekitar jam 1 dini hari. Aku sangat lelah, jadi aku
putuskan untuk langsung tidur setelah mengganti gaun ketigaku yang sangat
menawan itu. Setelah itu aku rebahkan tubuhku di ranjang big size yang di
sediakan hotel bintang tujuh ini.
Baru
aku pejamkan mataku, aku merasa ada yang memelukku, dan pelakunya sudah pasti
Chan. "Chagi," panggilnya dengan nada yang aneh menurutku. Ada apa
dengannya??
"Mwo??
Jangan ganggu aku, aku capek, aku mau tidur," usirku padanya yang kini
sedang memelukku.
"Ya!!
Kamu ini, masa kamu tidak mengerti apa mauku," seketika mataku yang tadi
rasanya sudah sangat berat langsung terbelalak teringat perkataannya saat pesta
tadi.
Aku
lepas pelukannya dan langsung turun ranjang dengan cepat. Menghindari dia yang
kini terlihat seperti serigala yang lapar dan ingin sekali memakan kelinci
manis macam aku. Aku mulai ketakutan lagi.
"Aniya,
aku tidak mau," tolakku.
"Wae??"
Dia juga turun dari ranjang dan berjalan mendekati aku. Lagi, satu langkahnya
maju sama dengan satu langkah aku mudur. Tapi karena merasa tidak aman aku
langsung berlari dan dia juga langsung mengikuti aku. Kami malah main
kejar-kejaran sekarang.
Karena
kehabisan akal aku langsung masuk kolang ranjang big size yang ada di kamar
itu. Menyembunyikan diri dari Chan yang terlihat sangat lapar akan yeoja malam
ini. Dia kenapa sebenarnya?? Jangan-jangan dia habis nonton film porno. Aish!!
Park Lulu apa yang kau pikirkan huh??
"Chagi,
ayolah, apa harus sampai mengumpat di sana??" Chan mengintipku yang sedang
bersembunyi. Aku diam. Aku masih ketakutan sekarang.
"Kajja
keluarlah chagi," pintanya kemudian.
"Ani
aku akan keluar kalau kamu berjanji tidak akan meminta hal itu." Terikku dari
bawah ranjang.
"Aku
tidak mau berjanji," jawabnya egois.
"Kalau
begitu aku juga tidak mau keluar dari kolong sini," sahutku tak kalah
egois.
"Akan
aku paksa," sahutnya.
"Akan
aku laporkan pada Luhan oppa kalau kamu memaksaku," sahutku juga.
Dia
diam. Hahaha.. Kamu kalah Park Chanyeol sayang. Kenapa tidak dari kemarin aku
gunakan ancaman itu ya?? Kalau aku tahu pasti sudah aku gunakan.
Tapi
rasanya aku juga salah kalau terus menerus menolaknya seperti ini. Mungkin aku
juga harus belajar untuk menerima ajakkannya itu, tapi pastinya bukan sekarang.
Aku masih takut dan belum siap. Mianhae chagi, kurasa kamu harus bersabar
menungguku..
0 Response to "MIMPI BARENG BAEKYEOL FANFIC KOREA"
Post a Comment